Dunia kampus, dunia yang penuh dengan bermacam-macam tipologi mahasiswa, ada yang biasa disebut dengan mahasiswa aktivis ada pula yang mahasiswa akademis, tapi yang paling mengenaskan adalah mahasiswa yang masih saat ini belum menemukan jati diri mereka sebagai mahasiswa, atau yang biasa disebut dengan mahasiswa kupu-kupu.
Mahasiswa dengan berbagai tipologi tersebutlah pada eksistensinya membutuhkan wadah dimana mereka bisa berproses sebaik mungkin. Maka dengan kebutuhan tersebut muncullah organisasi, yang mana kata organisasi ini sudah tidak asing lagi ditelinga para pembaca sekalian, dengan adanya organisasi maka tidak luput pula kata pemimpin juga muncul dalam ingatan kita. Sepertinya kata pemimipin dan organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena tanpa pemimpin maka apalah arti sebuah organisasi.
Lumrahnya banyak streotipe yang mengatakan
bahwa banyak pemimpin yang tidak merakyat, dikarenakan mereka (Red: Pemimpin)
hanya mengedepankan asas kenal-sama kenal yang mana bila satu kubu atau sesama
kelompoknya itu saja yang diajak berpartisipasi aktif dalam organisasi yang
dipimpinnya dan karena hal ini maka timbullah kecemburuan-kecemburuan dalam suatu
organisasi tersebut. Adapun penyebabnya adalah komunikasi yang buruk serta
kurangnya kesadaran seorang pemimpin tersebut akan pentingnya aspirasi orang
yang dipimpinannya guna untuk meningkatkan mutu organisasi secara efisien dan
efektif.
Kepemimpinan transformatif hadir untuk
menjawab tantangan organisasi yang berupa permasalahan internal dan
permasalahan eksternal organisasi seperti sekarang, dimana nantinya pemimpin
seperti ini yang didambakan paara kaum organisator untuk dijadikan sebagai
acuan pemimpin yang ideal, pemimpin ynag seperti ini yang dapat mengerti maksud
hati dari semua bawahannya, mengerti kemauan dan segala pandangan yang
berbeda-beda dari bawahannya. Karena keberhasilan pemimpin ditentukan oleh
bawahannya, kenapa demikian? Karena bagaimana bisa dikatakan berhasil seumpama
masih saja banyak bawahan yang tidak memahami esensi dari organisasi tersebut.
Karena nnatinya pemimpin adalah tolak ukur keberhasilan organisasi kalu
pemimpinnnya sudah tidak meyakinkan dan masih meraba-raba mau dimana kira-kira
organisasi ini. Maka nantinya akan m uncul yang namanya pemimpin yang dipimpin.
Maka sebaiknya sebagai seorang pemimpin
organisasi, mau itu organisais intra seperti yang kita jalani sekarang (Red:
UKK LPM) maupun organisasi ekstra sebisanya harus mengaplikasikan pola
kepemimpinan seperti itu. Apalagi kalau kita memimpin para kaum akademisi serta
aktivis yang keduanya tersebut adalah
orang-orang kritis, lalu bagaimana seorang pemimpin bisa survive untuk memimpin mereka
jikalau pemimpin tersebut tidak bisa menampung segala aspirasi orang-orang yang
dipimpinnya serta pemimpin yang hanya stagnan tidak melakukan perubahan nyata.
Karena pemimpin transformatif adalah pemimpin
yang bisa mengubah visi menjadi realita. Maka tidak akan ada orang yang mau
dipimpinnya serta endingnya bisa kita tebak yakni dipaksa diturunkan
ataupun turun jabatan karena sudah tidak bisa survive.