Katalog perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam katalog ini dibuat tentang nama pengarang, judul buku, edisi, cetakan, kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar disekolah, perpustakaan sekolah berupaya menyediakan
sumber-sumber informasi pengetahuan. Karena dengan tersedianya sumber informasi
tersebut siswa, guru dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan cara
membaca, melihat maupun mendengarkan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan
sekolah. Sesuai dengan perkembanagn jaman, dewasa ini bentuk-bentuk sumber
informasi itu tidak hanya berupa barang cetak semata, seperti buku, koran, surat
kabar dan sejenisnya. Jenis-jenis tersebut sekarang sudah banyak yang
dialehmediakan, seperti CD, Plasdisk, film dan sejenisnya. Mengingat beragamnya
bentuk dari sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah tersebut
akan mempengaruhi kecepatan dan ketepan bagi petugas maupun penggunanya untuk
menemukan kembali sumber informasi yang dibutuhkannya.
Berangkat dari
hal tersebut di atas agar mudah penempatan serta penemuan kembali sumber
informasi yang dimilki perpustakaan, sumber informasi yang dimiliki oleh
perpustakaan sekolah harus dikelola dengan cara mengolahnya terlebih dulu.
Perlu diketahui sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan sebelum
disajikan untuk dipinjamkan kepada pemakai perpustakaan, koleski tersebut harus
diolah dengan cara: melakukan iventarisasi bahan pustaka dengan member regester
buku, membuatkankan label dan
katalogisasi bahan pustaka. Dalam makalah kali ini penyusun membatasi topik
bahasan pengkatalogan atau katalogisasi bahan pustaka berupa buku saja.
Selanjutnya sebelum membahas katalogisasi
dengan segala aspeknya perlu dipaparkan lebih dahulu tentang apa katalog buku dan katalogisasi itu.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari katalogisasi ?
2.
Apa
tujuan dan fungsi dari katalogisasi perpustakaan ?
3.
Seperti
apa macam, sistem dan susunan katalog ?
4.
Seperti
apa deskripsi penyusunan katalog ?
5.
Bagaimana
Format penulisan entri katalog ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian katalogisasi.
2.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi dari katalogisasi perpustakaan.
3.
Untuk
mengetahui macam, sistem dan susunan katalog.
4.
Untuk
mengetahui deskripsi penyusunan katalog.
5.
Untuk
mengetahui format penulisan entri katalog.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Katalogisasi
Katalog adalah
suatu daftar yang disusun dengan tujuan tertentu, misalnya: katalog barang,
catalog penerbit katalog perpustakaan, katalog pameran dan sebagainya. Katalog
perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam
katalog ini dibuat tentang nama pengarang, judul buku, edisi, cetakan, kota
terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna
perpustakaan dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Katalogisasi
atau pengkatalogan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pustakawan
atau petugas perpustakaan menyusun dan membuat kartu katalog. Ada dua macam
kegiatan pembuatan katalog, yaitu:
a. katalogisasi subyek, yakni menampilkan subyek buku berupa tajuk
subyek dan notasi klasifikasi,
b. katalogisasi deskriptif, yakni menampilkan entri utama dari
sebuah buku, terdiri atas tajuk entri utama dan deskripsi bibliografi.[1]
B.
Tujuan
dan Fungsi Katalogisasi
Tujuan
katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter bahwa tujuan katalog perpustakaan
adalah :
a. Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yang
diketahui berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya.
b. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan dari pegarang
tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan dalam literatur tertentu.
c. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau
berdasarkan karakternya.
Adapun fungsi
dari pembuatan katalog adalah untuk mempermudah pencarian buku dalam
perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subyek.Selain hal diatas, fungsi
dari katalog juga dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Mempermudah
penyalinan katalog
Fungsi katalog
dalam mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing) bukan ditujukan untuk
kepentingan pengguna perpustakaan secara langsung, melainkan untuk kepentingan
para pustakawan khususnya pengkatalog dan pengklasir. Dengan adanya katalog
memungkinkan pengkatalog dan pengklasir menyalin, mengkopi, atau mengunduh data
bibliografi yang sudah ada dalam katalog tersebut. Dengan demikian sebuah buku
atau bahan pustaka lainnya tidak perlu dibuat katalognya secara berulang-ulang
oleh setiap perpustakaan apabila katalognya sudah tersedia di katalog, tentunya
dengan beberapa penyesuaian apabila diperlukan. Copy cataloguing juga
memungkinkan untuk meng ”upload” katalog seandainya buku yang akan dibuat katalognya
itu tidak ada dalam katalog. Dengan cara demikian akan sangat menghemat biaya,
tenaga dan waktu dan akan mempercepat pemprosesan bahan pustaka serta pada
gilirannya akan meningkatkan pelayanan kepada pengguna perpustakaan.[2]
2. Mendukung
pengawasan bibliografi
Pengawasan
bibliografi adalah konsep dan mekanisme untuk mengetahui semua terbitan buku
dalam suatu kawasan pada suatu kurun waktu tertentu, baik dalam suatu negara
atau suatu regional atau tingkat internasional. Dengan prinsip ini, dapat diketahui
jenis, jumlah dan judul buku apa saja yang sudah diterbitkan dalam suatu daerah
tertentu pada masa tertentu.Fungsi katalog dalam mendukung pengawasan
bibliografi sebetulnya merupakan fungsi yang harus dilaksanakan oleh
Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional dalam melaksanakan pengawasan
bibliografi biasanya dengan mekanisme pemberian ISBN (International Standard
Book Number) dan menerapkan Undang-Undang tentang serah simpan karya cetak dan
karya rekam serta dengan cara mengumpulkan bahan rujukan berupa bibliografi
atau indeks. Katalog dapat mendukung terlaksananya pengawasan bibliografi
secara efektif.Dalam konteks karya ilmiah perguruan tinggi, katalog induk dapat
pula difungsikan sebagai alat bantu pengawasan bagi dosen pembimbing atau
peneliti. Dosen pembimbing skripsi, tesis atau desertasi dapat dengan mudah
mengetahui apakah karya tulis yang dibuat mahasiswanya itu asli atau tidak.
Begitu juga para peneliti akan sangat mudah mengetahui apakah penelitian yang
akan dilakukan sudah pernah diteliti orang lain atau belum. Dengan demikian
pengulangan penelitian akan dapat dihindari.
3. Menupang
silang layang
Di dunia ini
tidak ada pengelola perpustakaan yang berani mengatakan bahwa perpustakaannya
adalah perpustakaan yang lengkap. Berapa jumlah informasi yang terbit setiap
hari ? Saya belum menemukan data tentang jumlah terbitan buku diseluruh dunia,
namun yang pasti adalah sangat banyak. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh
Abdul Rahman Saleh dkk. disebutkan bahwa di Indonesia selama tahun 2002 jumlah
buku yang diterbitkan adalah sebanyak 6.656 judul. Ini baru buku yang terbit di
Indonesia belum termasuk yang terbit di negara-negara lain. Kalau ada
pustakawan yang menyatakan bahwa perpustakaannya mempunyai koleksi yang
lengkap, betapa besar dana yang dibutuhkan untuk pengembangan koleksinya. Hal
ini nampaknya sulit untuk direalisasikan.
Disisi lain
kebutuhan informasi perpustakaan khususnya pengguna meningkat terus seiring
dengan cepatnya perkembangan informasi dan teknologi. Untuk mengatasi persoalan
tersebut perpustakaan sebaiknya menyelenggarakan kegiatan silang layang.
Katalog mempunyai peran penting dalam kegiatan silang layang. Dengan mengakses
melalui katalog induk, pengguna perpustakaan akan mudah mengetahui dimana
informasi yang dicari itu berada dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
4.
Garis
besar kegiatan pengatalogan
Kegiatan
pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan :
a)
Pengatalogan
deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, jumlah
halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan
tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.
b)
Pengindeksan
subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas),
mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara
lain bagan klasifikasi, dan daftar tajuk subyek. Kedua kegiatan ini
menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan
wakil ringkas bahan pustaka.[3]
C.
Macam,
Sistem dan Susunan Katalog
Ada beberapa
macam katalog yang digunakan pada perpustakaan, umumnya kita mengenal 3 macam
katalog, yaitu:
1. Katalog kartu (card catalog)
Katalog kartu
yang tebuat dari kertas manila yang agak tebal dari pada kertas HVS, kartu ini
memiliki ukuran 12,5 x 7,5 cm. Selanjutnya kartu katalog kartu ini disimpan
dalam laci-laci katalog dan disusun secara alfabetis pengarang (katalog
pengarang), alfabetis subyek (katalog subyek) maupun urutan klasifikasi
(katalog selflist).
2. Katalog berkas (sheaf catalog)
Katalog yang berupa lembaran lepas, disatukan
dengan penjepit khusus. Setiap lembar memuat satu entri, dan setiap penjepit
berisi 500 – 600 lembar atau slip. Ukuran katalog berkas ini 12,5 x 20 cm.
3.
Katalog buku (book catalog)
Katalog tercetak dalam bentuk buku, yang
masing-masing halamannya memuat sejumlah entri.
4.
Katalog
elektrik
Katalog
dalam bentuk file di komputer katalog ini mudah diakses untuk penelusuran atau
pencarian ulang.[4]
5.
Katalog
terpasang
Katalog
yang entri-entri disusun dalam komputer dengan menggunakan database tertentu. Dari
beberapa macam katalog tersebut diatas, ada keuntungan dan kelemahannya masing-masing,
suatu contoh katalog kartu mepunyai keuntungan :
a. Tidak mudah
hilang, karena tidak mudah dibawa-bawa seperti katalog buku atau berkas.
b. Mudah
menggunakannya
c. Luwes, karena dengan mudah kita dapat
menyisipkan kartu-kartu baru.
d. Mudah dalam
menggandakan entri-entrinya
e. Mudah dibuatkan petunjuk-petunjuknya (guide
card)
Kelemahan katalog kartu antara lain:
1)
Katalog
kartu sangat tergantung pada tempat, sehingga bila jumlahnya sampai melebihi kapasitas laci katalog akan
menimbulkan kesulitan dalam menggunakannya.
2)
Katalog
kartu tidak bisa dibawa kemana-mana.
Adapun
sistem katalog yang dipakai di
perpustakaan ada beberapa sistem yakni:
1. Sistem
katalog abjad (alphabetical catalog), pada sistem ini katalog-katalog pengarang,
judul, dan subyek disusun menurut urutan abjad. Dari sistem ini dibagi lagi
menjadi dua yaitu:
a)
Sistem
katalog kamus (dictionary catalog), suatu sistem dimana katalog-katalog-katalog
pengarang, judul dan subyek disusun dalam satu jajaran menurut abjad
(alphabetical order).
b)
Sistem
katalog terbagi (divided catalog), biasanya sistem ini disusun menurut dua
jajaran secara abjad, yaitu satu jajaran menurut entri subyeknya , satu jajaran
menurut entri pengarang dan entri judul
secara abjad pula.
2. Sistem
katalog klasifikasi (calssified catalog), sistem katalog ini biasanya
disebut juga katalog sistematis, dimana
katalog disusun menjadi tiga jajaran, yaitu:
a)
Jajaran
katalog pengarang-judul yang disusun menurut abjad.
b)
Jajaran
katalog subyek yang disusun menurut urutan klasifikasi sebagai entri yang diutamakan.
c)
Jajaran
katalog indeks subyek yang disusun menurut abjad.[5]
D.
Deskripsi
Katalog
Yang dimaksud
dengan deskripsi katalog adalah keterangan yang
terdapat dalam tubuh katalog
dimulai dari judul sampai dengan informasi
daerah jejakan. Pada umunnya katalog yang digunakan di dunia ini
termasuk perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia mengacu ketentuan dari
AACR (Anglo American Cataloging Rules) edisi 2. Aturan pengkatalogan ini
memberikan 3 tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perpustakaan . Hal
ini didasari karena adanya perbedaan kepentingan perpustakaan dengan pemakai
jasa perpustakaan. Ketiga tingkatan tersebut adalah:
a)
Tingkat
pertama (first level), pendeskripsiannya sangat sederhana, karena tidak
mengeluarkan semua sumber informasinya.
b)
Tingkat
kedua (second level), mengeluarkan sumber informasi untuk delapan (delapan)
daerah deskripsi dalan AACR, yang terdiri dari :
1. daerah judul dan pernyataan
tanggung jawab
2.
daerah edisi
3.
daerah data khusus
4.
daerah terbitan
5.
daerah deskripsi fisik
6. daerah seri
7.
daerah catatan
8.
daerah nomor standard
Untuk daerah
catatan tidak perlu dikeluarkan semua, hal ini tergantung dari kebijakan
perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan daerah data khusus (daerah 3), tidak
selalu dicantumkan karena daerah ini untuk bahan – bahan : kartografi, musik,
terbitan berseri dan bentuk micro.
c)
Tingkat
Tiga (third level), mengeluarkan semua sumber informasi untuk 8 (delapan)
daerah deskripsinya. Jadi tingkatan ini merupakan tingkatan deskripsi yang
paling lengkap.
1.Tujuan :
a.
Secara tepat dan cepat diketahui lokasinya bila dokumen tersebut diperlukan.
b. Menggambarkan informasi bibliografi yang mewakili suatu dokumen
yang dimiliki oleh perpustakaan.
2. Susunan dan tanda baca
katalog:
Susunan
deskripsi bibliografi untuk monografi atau buku, terdiri dari 7 (tujuh) daerah,
yaitu:
a. Daerah judul dan kepengarangan
-
Judul sebenarnya
-
(=) Judul paralel / sejajar
- (
: ) Judul lain / anak judul
- ( / ) Pengarang pertama
- (
, ) Pengarang kedua, ketiga
- (
; ) Pengarang setara
b.
Daerah edisi
- (
.-- ) pernyataan edisi
- (
/ ) pernyataan kepengarangan yang
pertamasehubungan dengan edisi
c.
Daerah impresium
- (
.-- ) tempat terbit
- (
: ) penerbit
- (
, ) tahun terbit
d.
Daerah kolasi
-
( .-- ) jumlah jilid
-
( : ) ilustrasi
-
( ; ) ukuran dan lampiran atau tambaha
e.
Daerah seri
-
( .-- ) pernyataan seri / nama
-
( : ) sub seri / anak seri
-
( ; ) nomor seri
f.
Daerah catatan
g.
Daerah ISBN dan harga
3. Sumber informasi utama
Sumber
informasi utama untuk ke 7 (tujuh) daerah tersebut diatas dapat diambil dari
bagian – bagian buku :
Daerah Sumber
* Judul dan pengarang * halaman judul
* edisi * halaman
judul dan belakang
* impresium *
halaman judul dan permulaan
* kolasi
* seluruh bagian buku
* seri *
halaman judul dan belakangnya
* catatan * seluruh bagian buku
* ISBN * belakang halaman judul
Apabila sumber – sumber informasi tidak didapatkan pada dokumen
tersebut,
maka kita dapat menggunakan beberapa tanda, seperti :
S.l : Sine loco
( tempat terbit tidak diketahui )
S.n : Sine nomine
( nama penerbit tidak diketahui )
S.a : Sine anno
( tahun terbit tidak diketahui )
Disamping itu
apabila informasi yang didapatkan di luar sumber utama, maka harus menggunakan
tanda kurung [ ]. Misalnya : [1990], [19?], dan sebagainya.[6]
E.
Format
Penulisan Entri Katalog
Ada beberapa
cara penulisan format entri katalog, yang sebenarnya hanya berbeda dalam
penggunaan indensinya, antara lain :
a.
Indensi biasa
Pembuatan
katalog dengan indensi biasa digunakan pada buku yang jumlah pengarangnya tidak
lebih dari tiga orang.
Contoh Katalog Utama
025
RIN Jaya, Yahya
m Membuat perpustakaan minil.—Cet.
Ke-2 / Karrtika Rini. –
Yogyakarta: Gama Media: 2001
Viii, 37 hlm. :
il. ; 23 cm.
1. PERPUSTAKAAN SEKOLAH
I. Judul
Contoh Katalog Judul
Membuat perpustakaan
mini
025
RIN Jaya, Yahya
m Membuat
perpustakaan mini.—Cet. Ke-2 / Karrtika Rini. –
Yogyakarta: Gama Media: 2001
Viii, 37 hlm. : il. ; 23 cm.
Contoh Katalog Subyek
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
025
RIN Jaya, Yahya
m Membuat
perpustakaan mini.—Cet. Ke-2 / Karrtika Rini. –
Yogyakarta: Gama Media: 2001
Viii, 37 hlm. : il. ; 23 cm.
b. Indensi menggantung
Pembuatan
katalog dengan indensi menggantung digunakan pada buku yang jumlah pengarangnya
lebih dari tiga orang, karya editor, karya anonim (tanpa pengarang)
Contoh :
170.598
ETI Etika masyarakat
Indonesia / M. Said… {et al.]. – cet. ke 2. –
Jakarta : Gramedia, 1992.
vii, 213 hlm. : il. ; 21 cm
Bibl. : hlm. 211 – 213
1. ETIKA – INDONESIA
I. Said, M.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Katalog
perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam
katalog ini dibuat tentang nama pengarang, judul buku, edisi, cetakan, kota
terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna
perpustakaan dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Katalogisasi atau pengkatalogan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
pustakawan atau petugas perpustakaan menyusun dan membuat kartu katalog.
Tujuan
katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter bahwa tujuan katalog perpustakaan
adalah, memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui
berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya. Dan menunjukan buku yang
dimiliki perpustakaan dari pegarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan
dalam literatur tertentu. Ada beberapa macam katalog yang digunakan pada
perpustakaan, umumnya kita mengenal 3 macam katalog, yaitu, katalog kartu (card
catalog), katalog kartu yang tebuat dari kertas manila yang agak tebal dari
pada kertas HVS, kartu ini memiliki ukuran 12,5 x 7,5 cm. Selanjutnya kartu
katalog kartu ini disimpan dalam laci-laci katalog dan disusun secara alfabetis
pengarang (katalog pengarang), alfabetis subyek (katalog subyek) maupun urutan klasifikasi
(katalog selflist).
Katalog yang
berupa lembaran lepas, disatukan dengan penjepit khusus. Setiap lembar memuat
satu entri, dan setiap penjepit berisi 500 – 600 lembar atau slip. Ukuran
katalog berkas ini 12,5 x 20 cm. Katalog buku (book catalog), katalog tercetak
dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya memuat sejumlah entri. Yang
dimaksud dengan deskripsi katalog adalah keterangan yang terdapat dalam
tubuh katalog dimulai dari judul sampai
dengan informasi daerah jejakan. Pada umunnya katalog yang digunakan di dunia
ini termasuk perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia mengacu ketentuan
dari AACR (Anglo American Cataloging Rules) edisi 2. Aturan pengkatalogan ini
memberikan 3 tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perpustakaan . Hal
ini didasari karena adanya perbedaan kepentingan perpustakaan dengan pemakai
jasa perpustakaan
B.
Saran
Setelah penyusunan makalah berjudul “Katalogisasi Perpustakaan Sekolah” ada beberapa hal yang akan
disarankan, baik kepada pembaca maupun kepada penulis lanjutan, yaitu sebagai
berikut :
1. Kepada pembaca, agar pembaca dapat memahami makalah ini
sehingga lebih mudah dalam memahami Katalogisasi Perpustakaan Sekolah.
2. Kepada penulis lanjutan, yaitu bahwa untuk suatu makalah
sebaiknya menggunakan banyak referensi
sebagai sumber agar tidak terpaku pada satu sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA