Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Pendidikan, Karya Tulis Ilmiah,Dan lain-lain. Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Pengertian Filsafat dan Kerangka Dasar Keilmuan, Dasar-dasar Teori Keilmuan

Untuk Mendapatkan File Makalah atau Artikel dibawah ini, Silahkan Klik Download! download
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kerangka dasar keilmua?
2.      Apa saja dasar-dasar teori keilmuan?
3.      Jelaskan apa saja pengertian epistimologi teori keilmuan?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui kerangka dasar keilmuan.
2.      Untuk mengetahui dasar-dasar teori keilmuan.
3.      Untuk mengetahui pengertian epistimologi teori keilmuan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kerangka dasar teori ke ilmuan
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya[1]. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis[2]. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
Menurut Jaih Mubarok, obyek filsafat ada 2: [3]
1. sesuatu yang tampak (empiric) → melahirkan filsafat metafisika (asal-usul alam). Bersifat spekulatif shg butuh perenungan dan penghayatan.
2. sesuatu yang tidak nampak (abstrak) → melahirkan filsafat fisika (kealaman). Bersifat penalaran yang teratur.
Ilmu ( Science ) adalah pengetahuan yang diperoleh dan divalidasi dengan menyusuri daur imbas-jabar-tasdik (siklus indukto-dedukto validatif). Ilmu merupakan spesies dari genus yang disebut pengetahuan. Pengertian ilmu mencakup sistem, proses, produk, dan paradigmanya, (Wilardjo, 2003). Ilmu sebagai semua pengetahuan yang terhimpun lewat metode-metode keilmuan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil rentetan daur-daur pengimbasan induksi), penjabaran (deduksi) dan penyahihan verifikasi/validasi) yang terus menerus tak kunjung usai, (Kemeny, 1959).Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapainnya dipertanggungjawabkan secara teoritis. Tidak perlu suatu pengetahuan pun memuaskan hati atau akal budi manusia secara tuntas. Segala hasil pengetahuan bersifat sementara dan terbuka, bertanya sambil mencari (C.verhaak, 1995).
Filsafat pada abad modern (100-1600 m), yakni masa pembebasan dari hegemoni gereja meliputi:
1.      Rasionalisme
Bercorak mengedepankan rasio (pikiran) untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan, Ideas Claires et Distinctes (ide cemerlang pemberian Tuhan) sebagai counter efek terhadap carak filsafat scolastik.
Ø  Rene Descartes (1596-1650) ® sebagai bapak Rasionalisme,® metodenya "keragu-raguan". ® semboyan cogito Ergo Sum.
Ø  Blaise Pascal (1623-1662m)
Ø  Nicole Marehrance (1678-1718m)
Ø  Spinoza (1632-1677m)
Ø  Leibniz(1646-1716m).
2.      Empiris
Bercorak mengedepankan pengalaman inderawi untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan.
v  Francis Bacon(1210-1292) ® menurutnya, pengetahuan yang sejati adalah yang diterima inderawi, yaitu melalui metode induksi.
v  Thomas Hobbes(1588-1679) ® menurutnya, pengalaman inderawi adalah permulaan segala pengenalan. Dan pengetahuan rasio tidak lain hanyalah penggabungan data-data inderawi belaka.
v  John Lock(1632-1704 m)
v  David Hume(1711-1776 m)
v  George Barkeley(1665-1753)
3.      Kritisisme
Kemunculnya merupakan upaya pendamaian antara Rasionalisme dan Empirisme.
Imanuel Khant (1724-1804 m) Sebagai pelopor kritisisme. Menurutnya:
Pengalaman manusia merupakan paduan/sintesa antara unsur-unsur apriori (rasio) dengan unsur aposteriori (pengalaman). Bahwa pengetahuan inderawi selalu ada 2 bentuk apriori yaitu "ruang dan waktu". Kedua-duanya berakar pada struktur subjek itu sendiri. Implikasinya, memang ada realitas, terlepas dari subjek "das ding an sich" (benda dalam dirinya sendiri), tetapi selalu terdapat "X" yang tak dikenal. Sementara manusia hanya mengenal gejala-gejalanya saja, yang merupakan sintesa antara "hal-hal yang datang dari luar dengan ruang dan waktu". Akal budi menciptakan orde (putusan2) antara data-data inderawi (materi) dengan bentuk yang ada dalam akal budi (apriori) atau yang disebut "kategori".
B.     Dasar-dasar  teori keilmuan
a.       Antologi
Antologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam fikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan dibidang antologi. Yang tertua diantara segenap filsafat yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Pembahasan tentang antologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab: “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Untuk lebih jelasnya penulis mengemukakan pengertian dan aliran pemikiran dalam ontologi ini. Kata ontologi berasal dari perkataan yunani: On = being, dan logos = logic. Jadi ontology adalah The theory of  being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).


Ada beberapa pendapat tentang antologi di antaranya:
·         Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontology adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas dari kategori-kategori yang logis dan yang berlainan
·         Sidi Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat mengatakan ontology mempersoalkan sifat dan nkeadaan terakhir dan kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontology memikirkan tentang tuhan
·         Amsal Bahtiar dalam bukunya filsafat agama/ mengatakan berasal dari kata ontos = sesuatu yang terujud. Ontologi adalah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
ü  Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu,On\Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
ü  Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani\abstrak. [4]
b.      Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai,[5]
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karna dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusi sangat berhutang kepeda ilmu.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan di terapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang bener-bener  dapat di manfaatkan oleh masyarakat, tentu tidak terlepas dari si ilmuannya. Se orang ilmuan akan di hadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuan haruslah “ dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.
C.    Epistimogi teori keilmuan
Cabang filsafat membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara "bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
a. kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
b. menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut dan;
c. melakukan verfikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara faktual.Secara akronim disebut dengan logico hypotetico verficative - deducto hypothetico verificative. Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verfikasi secara empiris berarti evaluasi secara objektif dari satu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Verfikasi ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain yang terkandung dalam hipotesis (mungkin fakta menolak hipotesis). Demikian juga verifikasi faktual membuka diri atas kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru mempunyai sifat pragmtis yang prosesnya berulang berdasarkan cara berfikir kritis.Dalam epistimologi terdapat asas moral yang secara implisit dan eksplisit masuk dalam logico hypotetico verficative-deducto hypothetico verificative yaitu bahwa; "dalam proses kegiatan keilmuan maka setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual"Alirannya meliputi: Rasionalisme (Descartes dll.), empirisme (Aristoteles, F.Bacon, TR.Hobbes, dll.), kritisisme, positivisme, fenomenologi. Rasionalisme dan empirisme menjadi aliran yang sangat dominant dan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.[6]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya. Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada).
 Dasar-dasar ilmu terdiri dari dua, yaitu: antologi dan aksiologi. Antologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sedangkan Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai,
Cabang filsafat membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara "bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional dalam metode ilmiah

B.     SARAN
Walaupun sulit bagi kami untuk dimengerti belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan, tapi kami harus tetap semangat untuk mempelajarinya, karena belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan sangat penting dan banyak sekali faidahnya bagi kami. 


DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013.
 Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005.
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005.

Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008.

[1] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005, hal. 18-19.
[2] Ibid. ha.l 17-19.
[3] Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005. Hal. 10-11.
[4] Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013, hal. 131-134.
[5] Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008, hal. 91.
[6] Ibid. 148-150.