Filsafat adalah induk dari segala
ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan
spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan
matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat adalah induk dari
segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat
dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan
matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya.
Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun
filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini
wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun ruang lingkup dari filsafat
itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan yang mungkin ada). Aspeknya
yang mendasar berupa sifat hakikat dan substansinya. Sasaran penyelidikannya
adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang bersifat menyeluruh, abstrak dan
universal.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kerangka dasar keilmua?
2. Apa
saja dasar-dasar teori keilmuan?
3. Jelaskan
apa saja pengertian epistimologi teori keilmuan?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui kerangka dasar keilmuan.
2.
Untuk mengetahui dasar-dasar teori keilmuan.
3.
Untuk mengetahui pengertian epistimologi teori
keilmuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kerangka dasar teori ke ilmuan
Filsafat adalah induk dari
segala ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat
dan spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan
matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya[1].
Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun
filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini wilayah ilmu
pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis[2].
Adapun ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada
(bahkan yang mungkin ada). Aspeknya yang mendasar berupa sifat hakikat dan
substansinya. Sasaran penyelidikannya adalah nilai hakiki sebuah kebenaran yang
bersifat menyeluruh, abstrak dan universal.
Menurut Jaih Mubarok, obyek filsafat
ada 2: [3]
1. sesuatu yang tampak
(empiric) → melahirkan filsafat metafisika (asal-usul alam).
Bersifat spekulatif shg butuh perenungan dan penghayatan.
2. sesuatu yang tidak nampak
(abstrak) → melahirkan filsafat fisika (kealaman). Bersifat
penalaran yang teratur.
Ilmu ( Science ) adalah pengetahuan yang diperoleh dan
divalidasi dengan menyusuri daur imbas-jabar-tasdik (siklus indukto-dedukto validatif). Ilmu merupakan spesies dari genus yang
disebut pengetahuan. Pengertian
ilmu mencakup sistem, proses, produk, dan paradigmanya, (Wilardjo, 2003). Ilmu sebagai semua pengetahuan yang
terhimpun lewat metode-metode keilmuan. Tegasnya pengetahuan yang diperoleh
sebagai hasil rentetan daur-daur pengimbasan induksi), penjabaran (deduksi) dan
penyahihan verifikasi/validasi) yang terus menerus tak kunjung usai, (Kemeny, 1959).Pengetahuan yang
diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapainnya dipertanggungjawabkan
secara teoritis. Tidak perlu
suatu pengetahuan pun memuaskan hati atau
akal budi manusia secara tuntas. Segala hasil pengetahuan bersifat
sementara dan terbuka, bertanya sambil mencari (C.verhaak, 1995).
Filsafat pada abad modern (100-1600
m), yakni masa pembebasan dari hegemoni gereja meliputi:
1.
Rasionalisme
Bercorak mengedepankan rasio
(pikiran) untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan, Ideas Claires
et Distinctes (ide cemerlang pemberian Tuhan) sebagai counter efek
terhadap carak filsafat scolastik.
Ø
Rene Descartes (1596-1650) ® sebagai
bapak Rasionalisme,® metodenya
"keragu-raguan". ® semboyan cogito Ergo Sum.
Ø
Blaise Pascal (1623-1662m)
Ø
Nicole Marehrance (1678-1718m)
Ø
Spinoza (1632-1677m)
Ø
Leibniz(1646-1716m).
2.
Empiris
Bercorak mengedepankan pengalaman
inderawi untuk mendapatkan kebenaran ilmu pengetahuan.
v
Francis Bacon(1210-1292) ® menurutnya,
pengetahuan yang sejati adalah yang diterima inderawi, yaitu melalui metode
induksi.
v
Thomas Hobbes(1588-1679) ® menurutnya,
pengalaman inderawi adalah permulaan segala pengenalan. Dan pengetahuan rasio
tidak lain hanyalah penggabungan data-data inderawi belaka.
v
John Lock(1632-1704 m)
v
David Hume(1711-1776 m)
v
George Barkeley(1665-1753)
3.
Kritisisme
Kemunculnya merupakan upaya
pendamaian antara Rasionalisme dan Empirisme.
Imanuel Khant (1724-1804 m) Sebagai pelopor kritisisme.
Menurutnya:
Pengalaman manusia merupakan
paduan/sintesa antara unsur-unsur apriori (rasio) dengan
unsur aposteriori (pengalaman). Bahwa pengetahuan inderawi
selalu ada 2 bentuk apriori yaitu "ruang dan waktu".
Kedua-duanya berakar pada struktur subjek itu sendiri. Implikasinya, memang ada
realitas, terlepas dari subjek "das ding an sich" (benda
dalam dirinya sendiri), tetapi selalu terdapat "X" yang tak dikenal.
Sementara manusia hanya mengenal gejala-gejalanya saja, yang merupakan sintesa
antara "hal-hal yang datang dari luar dengan ruang dan waktu". Akal
budi menciptakan orde (putusan2) antara data-data inderawi (materi) dengan
bentuk yang ada dalam akal budi (apriori) atau yang disebut
"kategori".
B.
Dasar-dasar
teori keilmuan
a.
Antologi
Antologi
merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam fikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan
dibidang antologi. Yang tertua diantara segenap filsafat yunani yang kita kenal
adalah Thales. Atas perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Pembahasan
tentang antologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab: “apa” yang menurut
Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai
esensi benda. Untuk lebih jelasnya penulis mengemukakan pengertian dan aliran
pemikiran dalam ontologi ini. Kata ontologi berasal dari perkataan yunani: On =
being, dan logos = logic. Jadi ontology adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan).
Ada
beberapa pendapat tentang antologi di antaranya:
·
Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya
Humaniora, filsafat, dan logika mengatakan, ontology adalah menyelidiki sifat
dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda dimana
entitas dari kategori-kategori yang logis dan yang berlainan
·
Sidi Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat
mengatakan ontology mempersoalkan sifat dan nkeadaan terakhir dan kenyataan.
Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan.
Dalam agama ontology memikirkan tentang tuhan
·
Amsal Bahtiar dalam bukunya filsafat agama/
mengatakan berasal dari kata ontos = sesuatu yang terujud. Ontologi adalah
teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak
berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Dari
beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
ü
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari
bahasa yunani yaitu,On\Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah
ilmu tentang yang ada.
ü
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik
yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani\abstrak. [4]
b.
Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafatb ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya. Aksiologi berasal
dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang
nilai,[5]
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting
bagi manusia, karna dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang
tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusi sangat berhutang kepeda ilmu.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan
teknologi yang kemudian akan di terapkan pada masyarakat. Proses ilmu
pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang bener-bener dapat di manfaatkan oleh masyarakat, tentu
tidak terlepas dari si ilmuannya. Se orang ilmuan akan di hadapkan pada
kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung
jawab seorang ilmuan haruslah “ dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat,
tanggung jawab akademis dan tanggung jawab moral.
C.
Epistimogi teori keilmuan
Cabang
filsafat membahas apa sarana dan bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan,
dan bagimana ukuran bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan
sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara
"bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu
tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin secara operasional
dalam metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan
cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
a. kerangka pemikiran
yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
b. menjabarkan
hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut dan;
c. melakukan verfikasi
terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara
faktual.Secara akronim disebut dengan logico hypotetico verficative
- deducto hypothetico verificative. Kerangka pemikiran yang logis
adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan
terhadap fenomena alam. Verfikasi secara empiris berarti evaluasi secara
objektif dari satu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Verfikasi
ini berarti bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain, selain yang terkandung
dalam hipotesis (mungkin fakta menolak hipotesis). Demikian juga verifikasi
faktual membuka diri atas kritik terhadap kerangka pemikiran yang mendasari
pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran
baru mempunyai sifat pragmtis yang prosesnya berulang berdasarkan cara berfikir
kritis.Dalam epistimologi terdapat asas moral yang secara implisit dan
eksplisit masuk dalam logico hypotetico verficative-deducto hypothetico
verificative yaitu bahwa; "dalam proses kegiatan keilmuan maka setiap upaya ilmiah harus
ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran,
tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan
kekuatan argumentasi secara individual". Alirannya meliputi: Rasionalisme (Descartes
dll.), empirisme (Aristoteles,
F.Bacon, TR.Hobbes, dll.),
kritisisme, positivisme, fenomenologi. Rasionalisme
dan empirisme menjadi aliran yang sangat dominant dan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala
ilmu. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan membiak dengan pesat dan
spesifik, misalnya: ilmu Humaniora, Sosial, fisika, kimia, biologi, dan
matematika, dan agama, sehingga seringkali lepas dari akar filosofisnya.
Filsafat mengerti apa yang seharusnya menjadi kebutuhan sehari-hari, namun
filsafat tidak mengerti bagaimana cara pengadaaanya, karena hal ini
wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat praktis dan teknis. Adapun
ruang lingkup dari filsafat itu sendiri adalah semua hal yang ada (bahkan
yang mungkin ada).
Dasar-dasar ilmu terdiri dari dua, yaitu:
antologi dan aksiologi. Antologi merupakan salah satu diantara lapangan
penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sedangkan Aksiologi merupakan
cabang filsafatb ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata yunani: axion (nilai) dan logos (teori) yang
berarti teori tentang nilai,
Cabang filsafat membahas apa sarana dan
bagimana tata cara untuk mencapai pengetahuan, dan bagimana ukuran bagi apa
yang disebut kebenaran atau kenyataan ilmiah. Perannya menyelidiki asal usul, metode-metode dan
sahnya ilmu pengetahuan.Epistimologi merupakan asas mengenai cara "bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan". Landasan epistimologi tercermin
secara operasional dalam metode ilmiah
B.
SARAN
Walaupun
sulit bagi kami untuk dimengerti belajar Kerangka Dasar Teori Keilmuan, tapi
kami harus tetap semangat untuk mempelajarinya, karena belajar Kerangka Dasar Teori
Keilmuan sangat penting dan banyak sekali faidahnya bagi kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Amsal Bahtiar,
Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013.
Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh
Cecep Sumamo. Benang Merah Press, Bandung 2005.
Suparlan
Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005.
Vardiansah,
Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008.
[1]
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruz Media 2005, hal.
18-19.
[2]
Ibid. ha.l 17-19.
[3]
Jaih Mubarok, Rekonstruksi Ilmu, Oleh Cecep Sumamo. Benang Merah Press,
Bandung 2005. Hal. 10-11.
[4]
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: 2013, hal. 131-134.
[5]
Vardiansah, Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: 2008, hal. 91.
[6]
Ibid. 148-150.