Manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan.
Bahasa merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa bahasa tidak akan
terwujud komunitas manusia. Selain pembentuk komunitas, bahasa juga merupakan
alat untuk berpikir bagi manusia. Bahkan, bahasa merupakan pembeda antara
manusia dan binatang. Untuk penjelasan yang selanjutnya akan dibahas pada isi
makalah dibawah.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah salah
satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia terdiri
dari latar belakang etnis, budaya, dan bahasa yang berbeda-beda, seperti bahasa
Indonesia, Batak, Jawa, dan lain- lain. Bahasa sebagai alat komunikasi yang
dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Dalam mekanisme
pengertian dan karakteristik hakikat, fungsi, dan karakteristik terdapat
beberapa pengertian, istilah, dan penjelasan. Dimana semua itu dapat menjelaskan
dengan rinci pemecahan masalah tersebut.
Pemecahan masalah
tersebut sebagai upaya untuk mengimbangi dan meningkatkan ilmu pengetahuan
mahasiswa atau masyarakat umum. Disisi lain penyusunan makalah ini bertujuan
untuk menyelesaikan tugas atau kewajiban sebagai mahasiswa.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Hakikat Bahasa?
2. Apa yang
dimaksud dengan Bahasa?
3. Apa yang
dimaksud dengan Satuan Bahasa?
4. Sebutkan ciri
atau sifat hakiki dari Bahasa?
5. Apa yang
dimaksud dengan Bahasa/ Faktor luar bahasa?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui Hakikat Bahasa
2. Untuk
mengetahui Bahasa
3. Untuk
mengetahui Satuan Bahasa
4. Untuk
mengetahui ciri atau sifat hakiki dari Bahasa
5. Untuk
mengetahui Bahasa/Faktor luar Bahasa
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Bahasa
Manusia dan
bahasa tidak dapat dipisahkan. Bahasa merupakan kebutuhan primer bagi manusia.
Tanpa bahasa tidak akan terwujud komunitas manusia. Selain pembentuk komunitas,
bahasa juga merupakan alat untuk berpikir bagi manusia. Bahkan, bahasa
merupakan pembeda antara manusia dan binatang.
Walaupun
kedudukan bahasa penting bagi manusia, orang jarang memiliki kesadaran khusus
tentang pentingnya bahasa ini. Hal ini terjadi karena hubungan bahasa dan
manusia amat dekat. Sehingga sehingga dianggap sebagai sesuatu yang harus ada
sebagaimana bernafas, makan, dan minum.[1]
Oleh karena
itulah, bahasa sampai saat ini merupakan salah satu persoalan yang sering
dimunculkan dan dicari jawabannya. Mulai dari pertanyaan “apa itu bahasa?”
sampai dengan “darimana asal bahasa itu?”. Banyak jawaban dan teori yang telah
disodorkan. Akan tetapi, semuanya belum memuaskan. Mengapa demikian? Karena
bahasa senantiasa hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam
alam, dalam wahyu Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang Penguasa alam raya.
Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada manusia bukan melalui Zat-Nya, tapi
lewat bahasanya, yaitu bahasa alam dan kitab suci (ayat kauniyah dan
wahyu).[2]
B.
Definisi
Bahasa
Ø Bahasa adalah alat yang sistematis untuk
menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda, bunyi, gestur, atau
tanda yang disepakati yang mengandung makna yang dapat dipahami.
Ø Bahasa adalah sistem simbol vokal yang
arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau
orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu berkomunikasi atau
berinteraksi.
Ø Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrar yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Ø Bahasa adalah sistem bunyi dan urutan bunyi
vokal yang terstruktur yang digunakan, atau dapat digunakan dalam komunikasi
interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan
sesuatu peristiwa, dan proses yang terjadi di sekitar manusia.
Ø Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang
arbitar yang digunakan oleh sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat
komunikasi atau berinteraksi.
Ø Bahasa adalah seperangkat kalimat yang
masing-masing memiliki panjang yang terbatas dan tersusun berdasarkan unsur
atau elemen yang terbatas pula.[3]
Ø Harimurti memberikan batasan bahasa sebagai
sistem lambang arbriter yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Ø Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
pengertian “bahasa” ke dalam tiga batasan, yaitu: 1) sistem lambang bunyi
berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer,
pen) dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa
(suku bangsa, daerah, negara, dsb); 3) percakapan (perkataan) yang baik: sopan
santun, tingkah laku yang baik.
Ø Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager,
mendefinisikan bahasa sebagai suatu “sistem simbol-simbol bunyi yang arbriter
yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.[4]
Dari pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa Bahasa adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi secara
sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda,
bunyi, gestur atau tanda yang disepakati dan memiliki simbol vokal yang arbitar
yang memungkinkan semua orang mengerti dalam suatu kebudayaan tertentu untuk
mempelajari sistem kebudayaan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.
C.
Satuan-Satuan
Bahasa
Satuan bahasa (linguistic unit)
merupakan bentuk lingual yang merupakan komponen pembentuk bahasa. Menurut Tata
Bahasa Deskriptif, bentuk lingual terdiri atas dua tataran (level) :
bunyi dan gamatika. Bidang kajian bunyi adalah fonologi; dan biang kajian
grametika meliputi morfologi, sintaksis, dan analisis wacana. [5]
D.
Ciri atau
Sifat Hakiki dari Bahasa
a.
Bahasa sebagai
sistem
Sistem
berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis
dan sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut pola,
tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub
sistem atau sistem bawahan.
b.
Bahasa sebagai
lambang
Lambang
dikaji orang dengan kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu
semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada
dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Dengan begitu, bahasa adalah suatu
sistem lambang dalam wujud bunyi-bahasa, bukan dalam wujud lain.
c.
Bahasa adalah
Bunyi
Bunyi
adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud
dengan bunyi pada bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
d.
Bahasa itu
Konvensional
Bahasa
bersifat konvensional artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili kosep yang
diwakilinya.
E.
Bahasa Dan
Faktor Luar Bahasa
Objek kajian linguistik mikro adalah
struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu sendiri, sedangkan kajian
linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dalam faktor-faktor diluar
bahasa yaitu tidak lain daripada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan
manusia di dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa berhubungan
dengan bahasa.
1.
Masyarakat Bahasa
Yang
dimaksud dengan masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa
menggunakan bahasa yang sama.
2.
Variasi dan
Status Sosial Bahasa
Dalam
beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya
dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang
pertama adalah variasi bahasa tinggi (T) digunakan dalam situasi-situasi resmi,
seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah,
surat-menyurat resmi dan buku pelajaran, variasi (T) ini harus dipelajari
melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Yang kedua adalah variasi bahasa
rendah (R) digunakan dalam situasi tidak formal, seperti di rumah, di warung,
di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk diri sendiri, variasi R
ini dipelajari secara langsung di dalam masyarakat umum dan tidak pernah dalam pendidikan formal. Adanya pembedaan
variasi bahasa T dan bahasa R disebut dengn istilah diglosia. Masyarakat yang
mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosis.
3.
Penggunaan Bahasa
Seorang
pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan
bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING,
yakni:
1.
Setting and scene
2.
Participants
3.
Act sequences
4.
Key
5.
Instrumentalities
6.
Norms
7.
Genres
4.
Kontak Bahasa
Hal
yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya atau terdapatnya apa yang disebut bilingualisme dan multilingualisme
dengan berbagai macam kasusnya, seperti: interferensi, integrasi dan
campurkode.
5.
Bahasa dan Budaya
Satu lagi
yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa
dengan budaya atau kebudayaan. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis
yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dengan kebudayaan ini. Hipotesis
ini dikeluarkan oleh dua orang pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf
(hipotesis Sapir-Whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara berfikir
dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi bahasa itu menguasai cara berpikir
dan bertindak manusia.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa adalah alat yang digunakan untuk
berkomunikasi secara sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan
memakai tanda, bunyi, gestur atau tanda yang disepakati dan memiliki simbol
vokal yang arbitar yang memungkinkan semua orang mengerti dalam suatu kebudayaan
tertentu untuk mempelajari sistem kebudayaan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy,
Moh Hafid. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Pamekasan: Stain
Pamekasan Press, 2009.
Effendy,
Moh Hafid. Kasak-Kusuk Bahasa Indonesia. Pamekasan: Stain Pamekasan
Press, 2015.
Hidayat,
Asep Ahmad. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
[1]
Moh. Hafid Efendy, Kasak-kusuk
Bahasa Indonesia (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2015), hlm. 77.
[2]
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat
Bahasa Mengungkap
Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 21.
[3]
Moh. Hafid Efendy, Kasak-Kusuk Bahasa Indonesia (Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2015), hlm. 77.
[4]
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat
Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 21.
[5]
Moh Hafid Effendy, Pernak-Pernik
Bahasa Indonesia Sebuah Kajian tentang Ilmu Bahasa (Pamekasan: STAIN
Pamekasan, 2012), hlm. 51.
[6]
Moh. Hafid Efendy, Kasak-Kusuk Bahasa Indonesia (Pamekasan: STAIN
Pamekasan, 2015), hlm. 77.
No comments:
Post a Comment