Pendidikan merupakan sebuah yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa
mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan salah satu factor penting yang mengharuskan manusia untuk
selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang
kaya akan kemajuan ilmu dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan jaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia globalisasi maka perlu
juga peningkatan pendidikan islam (agama) agar kita selaku umat islam
senantiasa berada pada jalan yang diridhoi Allah SWT. serta tidak terpengaruh
oleh budaya dan gaya hidup orang-orang barat yang secara terang-terangan sudah
mewabah kepada penduduk islam dunia khususnya di Indonesia.
Sekolah merupakan sarana dan tempat
menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat memperkaya dan memperluas
keilmuan peserta didik.
Pendidikan di Indonesia dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan sekolah yang semakin lama semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon guru harus mampu menggunakan segala kemampuan kita, sehingga peserta didik bisa menyerap ilmu kita dengan baik. Jadi kita sebagai calon guru harus profesional dalam sebagai hal ini misalnya metode yang digunakan harus baik, sesuai dengan materi yang kita ajarkan, strateginya juga harus sesuai,yang penting dan perlu di miliki oleh seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang mempunyai banyak problem yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika pendidikan agama disekolah pasti banyak sekali problem-problem itu. Untuk mengetahui problem apa sajakah yang ada hubungan nya dengan peserta didik beserta solusinya, kita akan membahas secara detail pada bahasan selanjutnya.
Pendidikan di Indonesia dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan sekolah yang semakin lama semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon guru harus mampu menggunakan segala kemampuan kita, sehingga peserta didik bisa menyerap ilmu kita dengan baik. Jadi kita sebagai calon guru harus profesional dalam sebagai hal ini misalnya metode yang digunakan harus baik, sesuai dengan materi yang kita ajarkan, strateginya juga harus sesuai,yang penting dan perlu di miliki oleh seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang mempunyai banyak problem yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika pendidikan agama disekolah pasti banyak sekali problem-problem itu. Untuk mengetahui problem apa sajakah yang ada hubungan nya dengan peserta didik beserta solusinya, kita akan membahas secara detail pada bahasan selanjutnya.
Pembahasan
Pengertian
Problematika Pendidikan Agama Disekolah Umum
Secara umum
orang memahami masalah sebagai kesenjangan antara kenyataan dan kenyataan. Yang
dimaksud dengan problematika pendidikan agama dalam pembahasan ini adalah
problematika pendidikan agama islam. Adapun pengertia dari pendidikan agama
islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing anak didik dalam
perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada
hukum-hukum islam. (muhtar bukhori, 1994)
Problematika
Pendidikan Agama Disekolah Umum
Pokok permasalahan yang menjadi
sumber utama problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya
dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak
dipandang bagaimana siswa didik mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar
agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama
menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai
agama itu sendiri. Paulo Freire menegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah untuk
pembebasan, bukan untuk penguasaan. Tujuan pendidikan adalah untuk menggarap
realitas manusia, dan karena itu secara metodologis bertumpu pada
prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni prinsip bertindak untuk mengubah
kenyataan yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus-menerus
menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang
menindas.
Sehubungan dengan hal di atas, cara
berpikir kita sepertinya harus diubah. Hal ini mengingat bahwa pendidikan itu
penting. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
2 tahun 1989. Oleh karena perubahan zaman yang makin modern maka kurikulum juga
harus dapat beradaptasi dengan perubahan itu sendiri.
Ada lima masalah paling utama yang
dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada sekolah seperti diuraikan berikut: :
1.
Masalah Peserta Didik.
Peserta didik dalam suatu lembaga
pendidikan tentu berasal dari latar belakang kehidupan beragama yang
berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang taat beragama, namun
ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat beragama, dan bahkan ada
yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama. Bagi anak didik yang
berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli sama sekali terhadap
agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak
akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh
pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya, kendatipun demikian, tentu
ada faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar,
keluarga, lingkungan.
2.
Masalah Lingkungan Belajar.
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang tidak dicegah kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan kependidikan serta stekholder setiap lembaga pendidikan.
Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan kekhawatiran para orangtua siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Di era multi peradaban dan tekhnologi dan informasi yang tidak dicegah kebeadaannya menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan belajar, baik siswa, tenaga pendidik dan kependidikan serta stekholder setiap lembaga pendidikan.
Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat belajar, dekadensi moral, serta menimbulkan kekhawatiran para orangtua siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Masalah Kompetensi Guru.
Pada dasarnya guru adalah tenaga
pengajar sekaligus tenaga pendidik profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, Sesuai UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 39 ayat 2. Dalam perspektif pendidikan Agama Islam di Sekolah, guru
seringkali mengalami kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran Islam di
sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan karena guru tidak memiliki kompetensi
yang matang, serta juga tidak didukung oleh penguasaan konsep internalisasi
keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum oleh guru-guru bidang studi lainnya.
4.
Masalah Metode.
Metode adalah cara atau strategi
bahkan juga pendekatan yang dikuasai pendidik untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai.
Banyak sekali metode pendidikan yang dapat dilakukan atau diterapkan dalam
menyampaikan pembelajaran pendidikan agama. Tetapi sangat disayangkan bahwa
masih banyak guru agama yang tidak menguasai berbagai metode pembelajaran aktif
yang sebenarnya bisa dipakai dalam menyajikan pelajaran pendidikan agama. Agar
pendidikan agama dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka setiap guru
agama harus mengetahui dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan
pendekatan. Namun pada kenyataannya, pelajaran pendidikan agama di sekolah
masih dominan menggunakan metode ceramah. Guru juga harus kreatif
mengaplikasikan materi pendidikan agama sesuai dengan situasi murid. Gaya
bercerita, diskusi, problem-solving (pemecahan masalah), dan simulasi adalah
alternatif positif yang dapat dimasukkan dalam metode yang tepat untuk
pembelajaran agama.
Menurut Al Nahwawi, metode pengajaran yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadist meliputi :
Menurut Al Nahwawi, metode pengajaran yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadist meliputi :
1)
Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi:
dialog yang mengarah pada tujuan pendidikan.
2)
Metode kisah Qur’ani dan Nabawi:
kisah menarik dan diambil keteladanannya untuk dijadikan panutan.
3)
Metode Amtsal: membaca teks untuk
mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep.
4)
Metode Teladan: menggunakan keteladanan
dalam memnanamkan penghayatan dan pengamalan materi tersebut.
5)
Metode Pembiasaan: pengulangan yang
dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan.
6)
Metode Ibrah dan Mauziah: menelaah
ibrah dari kisah dengan nasihat yang lembut dan menyentuh.
7)
Metode Targhib dan Tahrib: didasarkan
kepada ganjaran dan hukuman.
5.
Masalah Evaluasi.
Evaluasi merupakan salah satu
kegiatan pembelajaran yang sangat penting. Dengan evaluasi, guru dapat mengukur
tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi yang baik adalah
evaluasi yang dapat mengukur segi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik. Kebanyakan evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah mengukur kognitif
siswa saja, sedang afektif dan psikomotoriknya terabaikan. Hasil evaluasi
kognitif tersebut dimasukkan ke dalam raport siswa, maka kemungkinan akan
terjadi penilaian yang kurang obyektif. Adakalanya siswa yang rajin beribadah
lebih rendah nilainya daripada siswa yang malas beribadah. Seharusnya kegiatan
evaluasi disusun secara sistematis dan lengkap oleh guru pendidikan agama
Islam. Selain tes tulis, tes lisan dan praktik yang dilakukan sebagai alat
evaluasi, maka skala sikap diperlukan untuk mengevaluasi sikap beragama peserta
didik. Namun kenyataannya masih banyak guru pendidikan agama Islam yang belum
menguasai teknik evaluasi pendidikan agama Islam secara benar.
Mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi guru agama dalam kegiatan Pendidikan Agama Islam
pada sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta masyarakat lainnya yang bergerak di bidang pendidikan. Lembaga Pendidikan Tinggi yang mengelola fakultas ilmu keguruan dan pendidikan baik lembaga pendidikan tinggi umum maupun lembaga pendidikan tinggi agama (IAIN) perlu menyiapkan sebuah konsep kurikulum yang bertujuan menyiapkan tenaga pendidik (guru) yang benar-benar siap pakai di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dewasa ini sangat hangat dibicarakan tentang profesionalisme guru atau yang sering kita dengar dengan sertifikasi guru. Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru merupakan kebijakan fenomenal. Disatu sisi kebijakan tersebut memberikan angin segar bagi para guru karena dengan itu guru menerima penghasilan tambahan satu kali gaji pokok. Tetapi pada kenyataannya, guru yang sudah lulus sertifikasi seringkali tidak melaksanakan tupoksinya secara baik dan bertanggung jawab, sehingga bisa dikatakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut menghabiskan anggaran negara yang begitu besar dan hasilnya tidak maksimal.
Guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta masyarakat lainnya yang bergerak di bidang pendidikan. Lembaga Pendidikan Tinggi yang mengelola fakultas ilmu keguruan dan pendidikan baik lembaga pendidikan tinggi umum maupun lembaga pendidikan tinggi agama (IAIN) perlu menyiapkan sebuah konsep kurikulum yang bertujuan menyiapkan tenaga pendidik (guru) yang benar-benar siap pakai di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dewasa ini sangat hangat dibicarakan tentang profesionalisme guru atau yang sering kita dengar dengan sertifikasi guru. Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru merupakan kebijakan fenomenal. Disatu sisi kebijakan tersebut memberikan angin segar bagi para guru karena dengan itu guru menerima penghasilan tambahan satu kali gaji pokok. Tetapi pada kenyataannya, guru yang sudah lulus sertifikasi seringkali tidak melaksanakan tupoksinya secara baik dan bertanggung jawab, sehingga bisa dikatakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut menghabiskan anggaran negara yang begitu besar dan hasilnya tidak maksimal.
Kalaulah
pendidikan tinggi dapat mengakomodir kebijakan pemerintah dalam rangka
menyiapkan tenaga pendidik profesional, yang dimulai dari seleksi penerimaan
mahasiswa baru, proses pendidikan sampai mahasiswa tersebut menyelesaikan
studinya benar- benar mengusai bidang-bidang pendidikan yang ditekuninya. Pada
akhirnya pendidikan tinggi pun dapat mengeluarkan dan memberikan sertifikat
mengajar profesional. Jadi beban pemerintah pun akan berkurang dari segi
pembiayaan.
Penutup
Problematika
pendidikan agama dalam pembahasan ini adalah problematika pendidikan agama
islam. Adapun pengertian dari pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan
terencana untuk membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani
maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik
nantinya yang didasarkan pada hukum-hukum islam.
Ada lima masalah paling utama yang
dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada sekolah seperti diuraikan berikut: 1)Masalah Peserta Didik. 2)Masalah
Lingkungan Belajar. 3)Masalah Kompotensi Guru. 4)Masalah Metode. 5)Masalah
Evaluasi.