BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak Usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-8 tahun. Para
ahli memandang masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi
perkembangan anak selanjutnya. Selain itu, pada masa ini juga dipandang sebagai
masa keemasan atau Golden Age , masa sensitif atau masa peka, masa
inisiatif dan berprakarsa, serta masa pengembangan diri. Disini perlu adanya
stimulasi yang bermakna agar anak dapat berkembang optimal.
Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan
hal yang saling berkaitan antara proses bilogis, proses sosio emosional dan proses kognitif.
Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama lain
dan sepanjang perjalanan hidup manusia. Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak menghadapi
berbagai masalah yang akan menghambat
proses perkembangan selanjutnya.
Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat
melalui tingkah laku anak pada saat
mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain. Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak idak hanya menghambat
perkembangan emosi dan sosialnya,
akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa. Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak tidak bisa hanya
menyelesaikan satu aspek saja. Akan tetapi setiap permasalahan anak harus
di
analisis
latar
belakang atau penyebabnya dan ditangani secara menyeluruh yang mempertimbangkan aspek biologis,
sosio emosional serta aspek kognitifnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
anak pemalu dan penanganannya?
2.
Bagaimana
anak penakut dan penanganannya?
3.
Bagaimana
anak agresiF dan penanganannya?
4.
Bagaimana
anak hiperaktif dan penanganannya?
C.
Tujuan Makalah
1.
Menjelaskan
anak pemalu dan penanganannya.
2.
Menjelaskan
anak penakut dan penanganannya.
3.
Menjelaskan
anak agresivitas dan penanganannya.
4.
Menjelaskan
anak hiperaktif dan penanganannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Anak Pemalu dan Penanganannya
Permasalahan
pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan mengganggu kehidupan anak,
yang timbul karena ketidaksesuaian pada perkembangannya. Salah satunya adalah
pemalu. Anak sulit
berinteraksi dengan orang lain dan ia hanya bersembunyi dibalik bokong orang
tuanya setiap kali dikenalkan di depan public, bisa jadi ini adalah tanda anak
pemalu. Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul
pada seseorang, akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya sehingga anak
cenderung mrenarik diri. Malu atau menjadi pemalu diusia tertentu, bukanlah
bagian dari perkembangan. Bila anak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu, sifat
tersebut lebih sebagai hasil dari proses belajar dari lingkungannya.
Di usia tertentu termasuk usia balita anak akan belajar berinteraksi
dengan lingkungannya. Respons yang dihasilkan oleh setiap anak juga
berbeda-beda, ada anak yang mudah mencair dan akrab dengan situasi baru, ada
juga anak yang membutuhkan waktu untuk mengamati lingkungan baru sebelum
akhirnya ia bisa mencair dan akrab dengan lingkungan barunya. Meski memang
belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kalau anak pemalu mengalami
kesulitan pelajaran atau gagal dalam pekerjaan.[1]
Namun menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah hal yang paling mendasar
bagi kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang. Selain itu, rasa percaya diri
juga ikut andil dalam membentuk pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk
melakukan tindakan. Dengan begitu, hal tersebut akan memudahkan anak dalam
bergaul, menunjukan potensi diri dengan rasa percaya diri yang akhirnya
berujung pada keberhasilannya nanti.
Fakto-faktor Penyebab anak pemalu:
1. Keadaan fisik
2. Kesulitan dalam berbicara
3. Kurang terampil dalam berteman
4. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5. Kesalahan orang tua dalam pola asuh
Penanganan
anak pemalu dengan cara :
·
Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangkan
·
Belajar bergabung melalui permainan
·
Mengajar cara mulai berteman
·
Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok.[2]
·
Biarkan anak bereksplorasi
·
Bawa serta anak saat melakukan kunjungan
·
Menggunakan kontak mata
·
Melatih dalam berbagai situasi social
·
Memberikan contoh perilaku yang
baik saat bersosialisasi
·
Mengajarkan anak agar berani
mengambilresiko
·
Mengajarkan toleransi dan
menghargai orang lain
B.
Anak Penakut
dan Penanganannya
Rasa tidak aman
atau ketakutan berlebih yang muncul pada diri seorang balita dapat disebabkan
berbagai alasan seperti kurang percaya diri, merasa tidak aman, atau merasa
tidak cukup terlindungi. Tingkat rasa takut antara satu anak dengan yang lainya
dapat berbeda-beda. Beberapa anak lebih penakut, sedang yang lainnya tidak mau
ditinggal ayah bunda ketika dia sedang beraktifitas. Anak-anak juga bisa takut dengan gelap, suara
halilintar, suara ledakan, ‘monster’ dari imajinasinya, dan binatang-binatang
tertentu. Sangat wajar jika anak-anak lengket dengan ayah bunda ketika merasa
takut, termasuk takut berpisah dengan bunda meski hanya sebentar. Kebiasanan
orang tua atau saudara yang suka menakut-nakuti si kecil juga dapat memupuk
sifat penakut anak-anak.
Penyebab anak
memiliki rasa takut:
1.
Intelegensi
2.
Jenis kelamin, anak perempuan lebih penakut
dari pada laki-laki karena lingkungan sosial lebih menerima rasa takut
perempuan.
3.
Keadaan fisik, anak cenderung takut bila dalam
keadaan lelah atau kurang sehat.
4.
Urutan kelahiran, ank sulung cenderung lebih
takut karena perlindungan yang berlebihan.
5.
Kepribadian anak, anak yang kurang memperoleh
rasa aman cenderung lebih penakut.
6.
Adanya contoh yang dilihat anak seperti
menonton TV atau melihat ibunya sedang takut.
7.
Trauma yang di alami anak-anakm seperti
tabrakan mobil, bencana alam.
8.
Pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa
takut pada anak. Seperti paksaan, hukuman, perlindungan di luar batas.
Penanganan yang
dapat dilakukan para pendidik:
1.
Mendengarkan cerita anak
2.
Lindungi dan hibur anak
3.
Ajari kenyataan
4.
Memberi
hadiah
5.
Memberi contoh teladan
6.
Coping model, merupakan salah satu cara
seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus melewati rasa takut itu. Salah
satu caranya dengan berbicara pada diri sendiri.
7.
Mendongeng
8.
Melakukan aktifitas penuh tantangan
9.
Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan
keberanian.[3]
C.
Anak Agresif
dan Penanganannya
Secara psikologis, perilaku agresif berarti berarti cenderung
(ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan,
menghalangi atau menghambat. Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang
lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau
mengayun-ngayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada
juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia
inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain
menjadi kesal.
Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang
berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku
agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali
menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga disekolah. Diharapkan
setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya
untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan
ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.
Faktor-faktor penyebab anak agresif:
1.
Pola
asuh yang keliru. Melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter dan protektif
terhadap anak, serta memanjakan anak yang berlebihan.
2.
Reaksi
emosi terhadap frustasi. Banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua,
sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
3.
Tingkah laku agresif yang sebelumnya. Tingkah
laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat penguatan dari orang tua atau
guru.
Penanganan untuk anak agresif:
1.
Bermain
peran
2.
Belajar
mengenal persaan
3.
Belajar
berteman melalui permainan beregu
4.
Beri
penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
5.
Perbanyak
keiatan yang menggunakan motorik[4]
6.
Batasi
tontonan di TV, games maupun di internet
7.
Segera
tentukan batasan
8.
Beri
pujian saat anak melakukan tindakan baik dan benar
D.
Anak Hiperaktif dan Penanganannya
Hiperaktif atau yand
dikenal Attention Deficit Hyperaktifity Disorder (ADHD) dikategorikan pada gagngguan yang memiliki ciri-ciri keaktifan yang
berlebihan. Anak hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian
pada
jangka waktu tertentu, jangka waktu perhatiannya
sangat pendek, mudah terganggu perhatian dan pikirannya,
tidak tenang, tidak bisa mengontrol diri, banyak bicara, serta tindakannya
tidak bertujuan, tidak mampu berkonsentrasi terhadap suatu objek tertentu. Terdapat 3 kategori anak-anak yang memiliki gangguan hiperaktivitas ini
yaitu tidak dapat memusatkan perhatian (Innatensif), menurutkan kehendak (Impulsivitas) dan hyperaktif campuran.
ADHD biasanya muncul pada anak sebelum usia 7 tahun, lama gangguan paling sedikit 6 bulan. ADHD terjadi karena terjadi kerusakan otak minimal atau
otak
tidak dapat
berfungsi penuh, melainkan hanya sebagian saja.
Penyebab lainnya karena lingkungan yang tercemar
racun, bahan tambahan
pada
makanan, sinar X atau radiasi lainnya, minuman alkohol keturunan dan
lingkungan.[5]
Ciri-ciri anak
ADHD:
1.
Sering
menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.
Sering
meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.
Sering
berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
4.
Sering
tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5.
Selalu
bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
6.
Sering
terlalu banyak bicara.
7.
Sering
sulit menunggu giliran.
8.
Sering
memotong atau menyela pembicaraan.
9.
Jika
diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).[6]
Faktor-faktor penyebab hiperaktif:
a)
Kelahiran
prematur
Kelahiran
prematur banyak memunculkan kemungkinan kurang maksimalnya organ tubuh pada
anak. Ada kalanya kelahiran ini menyebabkan beberapa kelemahan dan salah
satunya hiperaktif atau ADHD.
b)
Terpapar
alkohol, rokok dan zat terlarang saat ibu hamil
c)
Terpapar
timah dalam kadar tinggi saat ibu hamil
d)
Kurang
perhatian dari orang tua
e)
Tidak
adanya model atau contoh yang dapat dijadikan acuan berperilaku
f)
Pola
asuh cenderung membiarkan
g)
Sekolah
terlalu dini
h)
Mengkonsumsi
zat aditif saat ibu hamil.[7]
Solusi menghadapi anak hiperaktif di sekolah:
1.
Menempatkan
anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat
memperhatikan pelajaran.
2.
Menghindari
menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang
warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
3.
Menatap
anak saat berkomunikasi.
4.
Menyingkirkan
perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya
tidak pecah.
5.
Sesekali
menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak
untuk memfokuskan perhatiannya.
6.
Memberikan
pujian bila anak tenang.
7.
Memberitahukan
orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi
atau musik keras.
8.
Mengingatkan
orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal
saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku,
main dll).
9.
Mendorong
orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur,
sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak
menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibat adanya penilaian negatif
terhadap dirinya sehingga anak cenderung mrenarik diri. Penanganan
anak pemalu dengan cara : Melibatkan anak
pada kegiatan yang menyenangkan, Belajar
bergabung melalui permainan, Mengajar cara
mulai berteman, Dorong anak
berpartisipasi dalam kelompok, Biarkan anak
bereksplorasi, Bawa serta anak saat melakukan kunjungan, Menggunakan kontak mata, Melatih dalam berbagai situasi
social, Memberikan
contoh perilaku yang baik saat bersosialisasi, Mengajarkan anak agar berani
mengambilresiko, Mengajarkan
toleransi dan menghargai orang lain.
Rasa
tidak aman atau ketakutan berlebih yang muncul pada diri seorang balita dapat
disebabkan berbagai alasan seperti kurang percaya diri, merasa tidak aman, atau
merasa tidak cukup terlindungi. Kebiasanan orang tua atau saudara yang suka
menakut-nakuti si kecil juga dapat memupuk sifat penakut anak-anak. Penanganan
yang dapat dilakukan para pendidik: Mendengarkan
cerita anak, Lindungi dan hibur anak, Ajari kenyataan, Memberi hadiah, Memberi contoh teladan, Coping model, Mendongeng, Melakukan aktifitas penuh
tantangan,Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian.
Perilaku agresif berarti
berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal
yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Penanganan untuk anak agresif: Bermain
peran, Belajar mengenal persaan, Belajar berteman melalui permainan beregu, Beri
penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya, Perbanyak keiatan yang
menggunakan motorik, Batasi tontonan di TV, games maupun di internet, Segera
tentukan batasan, Beri pujian saat anak melakukan tindakan baik dan benar.
Anak hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam
memusatkan
perhatian pada jangka waktu tertentu, jangka waktu perhatiannya
sangat pendek, mudah terganggu perhatian dan pikirannya,
tidak tenang, tidak bisa mengontrol diri, banyak bicara, serta tindakannya
tidak bertujuan, tidak mampu berkonsentrasi terhadap suatu objek tertentu.
Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, Menghindari menempatkan anak di
dekat jendela, Menatap anak saat berkomunikasi, Memberikan pujian bila anak
tenang.
B.
Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat pada makalah ini, baik dalam materi maupun dalam hal penulisan. Hal
ini dikarenakan kurangnya referensi yang menjadi rujukan dalam pembuatan makalah, dan masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis meminta
kritik dan saran yang membangun agar dapat menyajikan makalah yang lebih baik
lagi.
DAFTAR RUJUKAN
https://allohmahabesar88.wordpress.com/2015/02/06/permasalahan-anak-usia-dini/
http://bidanku.com/kenali-faktor-pemalu-pada-anak-dan-cara-mengatasinya#ixzz4LPmNEhXx
https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/
http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-permasalahan-anak-tk-lengkap
Sari, Herlina Permata. 100 Ide Membimbing
Anak ADHD. Jogjakarta: Erlangga. 2010
[1] http://bidanku.com/kenali-faktor-pemalu-pada-anak-dan-cara-mengatasinya#ixzz4LPmNEhXx. Di akses tanggal 28 september 2016. Jam 06:55
[2] http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-permasalahan-anak-tk-lengkap. Di akses tanggal 25 september 2016. Jam 21.22
[3]Ibid.
[4] Ibid.
[5] https://allohmahabesar88.wordpress.com/2015/02/06/permasalahan-anak-usia-dini/. Di akses
tanggal 25 September 2016. Jam 21.38
[6] https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/. Di akses tanggal 28
September 2016 jam 06.55
[7] Herlina Permata Sari, 100 Ide Membimbing Anak ADHD (Jogjakarta:
Erlangga, 2010), hlm. 18-19
[8] https://kundaril.wordpress.com/paud/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/. Di akses tanggal 28
September 2016 jam 06.55
No comments:
Post a Comment