
Permulaan dari
kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang salib yaitu perang yang terjadi pada orang Kristen
Eropa Barat untuk menguasai tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi. Salah satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang salib karena umat Kristen yang ikut dalam peperangan salib ini menggunakan tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimenangkan oleh umat Kristen. Ini dikarenakan umat Islam pada saat itu tidak bersatu menjadikan perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam saling bermusuhan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permulaan dari kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang salib yaitu perang yang terjadi pada orang Kristen
Eropa Barat untuk menguasai tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi. Salah satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang salib karena umat Kristen yang ikut dalam peperangan salib ini menggunakan tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimenangkan oleh umat Kristen. Ini dikarenakan umat Islam pada saat itu tidak bersatu menjadikan perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam saling bermusuhan.
Padaabad ke-16 dan ke-17 adalah abad yang paling penting untuk Eropa. Pada abad ke-17 itu pula
Negara-negara Islam mulai mengalami kemunduran. Masa penetrasi kolonial Barat dimulai pada abad ke-19 (1800). Pada abad tersebut Eropa sedang mendominasi dunia. Pada abad ini didorong oleh kebutuhan ekonomi industri dan pemasarannya dan Negara-negara Eropa mendirrikan kerajaan territorial
dunia. Beberapa Negara Eropa yang telah menjajah di tanah timur seperti Rusia menduduki Asia Dalam,
Belanda menguasai Indonesia, Inggris mendirikan kerajaan di India dan Afrika dan mengontrol sebagian Timur Tengah, Negeia, sebagian afrika Barat dan Afrika Timur.
Pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa bangsa
Eropa hamper menguasai suluruh dunia Islam. Pada abad ini Eropa telah siap
untuk mengadakan ekspansi perdagangan dengan didukung oleh pertmbuhan produksi
prabik dalam skala dan perubahan besar ditandai dengan ditemukannya keretaapi,
telegraph dan kapal uap. Dengan diiringi dengan pasukan bersenjata yang kuat,
Eropa telah menguasai Aljazair. Aljazair adalah Negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Eropa yang ditaklukkan
oleh Perancis pada tahun (1830 – 1847 M). Negara Islam padasaat itu mengalami
keterpurukan yang sangat besar dan mereka mengalami keaadaan yang tidak stabil
dalam pertumbuhan ekonomi dan budaya.[1]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka
dapat merumuskan masalah sebagai beikut:
1.
Pengertian Kolonialisme?
2.
Bagaimana Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat
Terhadap Islam?
3.
Apa Dampak Kolonialisme Barat Terhadap islam?
4.
Bagaimana
Implikasi Penjajahan Barat Terhadap
Perkembangan Peradaban Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme menurut Oxford English Dictionary berasal dari kata
Romawi “Colonia” yang berarti “tanah pertanian” atau “pemukiman”, dan
mengacu kepada orang Romawi yang bermukim di negeri-negeri lain tapi masih
memepertahankan kewarganegaraan meraka[2][2]
yang berarti suatu usaha untuk untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara
diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk
mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya alam, manusia, dan perdagangan di
suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan
mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.[3]
B. Bentuk – Bentuk
Kolonialisme Barat
Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di Indonesia
di latar belakangi oleh terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti
Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang mempunyai
teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan
negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan
wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan
berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan
orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib
ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat
untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap tempat yang terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi
pilar-pilar sistem pemerintahan otoriter. Setiap tempat yang dihuni Islam, akan
menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan kekejaman
penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia, serta
perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di
dunia kontemporer .
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara
menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis.
Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama
pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri
di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi
militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali
lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara
Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India,
yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada
tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan
hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga
dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki,
Syiria hingga ke timur jauh.[4]
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi
politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber
menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara
Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun
1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali
dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan
dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan
beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh
Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara
muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri
menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka
juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk
menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan
tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan
barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada
sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini
dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.[5]
C. Dampak Kolonialisme Barat Terhadap Islam
1. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Budaya
Dampak kolonialisme sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam, misalnya
adalah negara Turki, Turki adalah negara pertama yang dijajah oleh Eropa karena
dilihat dari letak geografisnya sangatlah dekat dengan benua eropa. Dan Turki
adalah salah satu negara yang telah terpengaruh oleh kolonialisme barat, baik
dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, maupun agama.
Bukan hanya turki yang telah dijjajah oleh Bangsa Barat,akan tetapi negara
Islam yang lainnya pun merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki
Inggris, 1881-1883 Tunisia diserbu Perancis, 1898 Sudan ditaklukkan Inggris,
1912 Marokko diserbu Perancis dan Spanyol. Dan masih banyak negara-neagra yang
dijajah oleh Barat.[6]
Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold
(Kekayaan), dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin
pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan
akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga
telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya
hidup masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan)
dan Fashion (cara berpakaian).[7]
Masyarakat jaman sekarang telah tergiur oleh produk-produk luar negeri yang
mungkin memang kuallitas mereka lebih tinggi di bandingkan produk dalam negeri,
sadar atau tidak, maraknya produk-produk luar negeri telah menjajah perpasaran
negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara yang mayoritas muslim telah
lama dicekoki oleh produk-produk luar yang memakai sistem monopoli dalam proses
perdagangannya. Para kolonialsme ternyata tidak pernah puas akan kejayaan
mereka, keserakahan untuk mendapatkan sesuatu yang merekan inginkan.Gaya
berbusana juga sudah tak sepantasnya masyarakat muslim memakai budaya berbusana
barat (Para kolonialisme), ala westernisasi sudah tercampur aduk dengan gaya
busana orang-orang muslim yang sebenarnya.[8]
2. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Sosial
Ketika sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial)
menyusun rencana untuk memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu,
mereka memilih dua jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan
membuka lebar-lebar kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah
itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang
mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan
jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan
hawa nafsu di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk
mempraktikkan semua bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang
para penjajah tempuh secara efektif.
Kemajuan peradaban dan temuan-temuan ilmiah baru, seperti radiao, bioskop
dan lain-lain telah menjadi pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral umat
Islam, banyaknya remaja islam yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para penjajah.
Yang kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran,
bersamaan dengan dampak pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam
yang cukup menarik perhatian karena memang ilmu pengetahuan pasti punya daya
tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan barubah menjadi sarana pemisahan orang banyak
dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman obor bagi
keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai
keakar-akarnya.[9]
3. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi
Para Kolonialisme barat menggunakan segala cara untuk menghancurkan Islam,
begitu pula dalam bidang ekonomi, misalnya negara India.India, pada masa
kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal
ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di
awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada
tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M
belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa
setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun,
mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi,
ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah
bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara
penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India
berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada
tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899,
Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah
penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan
negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah
dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh
bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung
Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah
Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan
antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali
berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya
akan rempah-rempah.[10]
Akibat kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka
tentu sistem perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap
sistem perdagangan yang telah ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam
perdagangan.Dengan adanya monopoli perdagangan tersebut membuat kehancuran
perekonomian yang sebelumnya sudah ada. Seperti dengan masuknya barang-barang
import kenegara jajahannya yang membuat produk-produk local mengalami kerugian.
Ini dikarenakan barang-barang import yang masuk kualitasnya lebih baik dan
harganya lebih murah. Disamping itu barang-barang yang diproduksi Negara-negara
barat bisa diproduksi dengan jumlah banyak karena majunya perindustrian di
eropa yang menggunakan mesin dalam memproduksinya.Kebanyakan negara Islam
sekarang ini hidup dalam keterbelakangan dan kebingungan, meskipun telah
berlalu puluhan tahun lamanya. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan Barat
mampu memanfaatkan berbagai kekayaan negara-negara Islam dan memenuhi
kantong-kantong mereka dengan harta milik negara-negara Islam tersebut.
Negara-negara Islam masih sangat bergantung pada hasil produksi dan ilmu
pengetahuan (Sains) Barat. Demikian pula, mereka masih lemah di dunia politik
dan mengekor sistem politik Barat.
4. Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik
Politik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah cara untuk mandapatkan
sesuatu. Berpijak pada yang kita ketahui ini, bangsa barat yang ingin menguasai
dunia islam tak luput pula dari beragam cara yang mereka gunakan untuk
menduduki dan mengeruk habis kekayaan islam baik dari segi SDAnya maupun dari
SDMnya.Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh
islam itu terdapat kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai
sepenuhnya seperti minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan
yang melimpah untuk masa depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan
islam adalah menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam)
dan meniadakan peran penting ulama dalam kenyataan hidup.
Pada kenyataannya mereka tidak dapat menghilangkan peran ulama secara total
dalam masyarakat, tetapi mereka menggunakan cara lain yakni ulama-ulama berada
di bawah kekuasaan pemerintah dan ulama hanya memainkan peran formal saja
seperti penguburan mayat dan sebagainya yang bersifat formal saja, serta
kehidupan pada ulama dijauhkan atau dikucilkan dari keramaian masyarakat.
Dengan cara inilah mereka dapat menduduki sebagain negara-negara islam yang ada
pada saat ini.Dengan kedua cara ini mereka dapat melumpuhkan islam sampai pada
ambang keputusasaan, tidak hanya sampai disini, kolonialisme menawarkan solusi
pada islam yang pada hakikatnya merupakan tujuan mereka untuk melumpuhkan
islam, berupa ilmu pengetahuan yang kalau dicermati tidak lain untuk menjauhkan
kaum muslimin dari agamanya.[11]
Politik mereka ini mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang
dapat dikelompokkan dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem
intelektualSistem sosial, tujuan dari perwujudan dalam hal ini adalah
meniadakan kenyataan akan kemanusiaan sebagai suatu esensi utama dan supra-material
yang secara tragis dilupakan. Seperti kapitalisme dan komunisme – meski beda
dalam bentuk lahirnya – menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic
animal), yang hanya bertumpu pada pemenuhan kebutuhan material saja.Francis
Bacon “ilmu meninggalkan pencarian kebenaran dan beralih untuk mencari
kekuatan”. Nampak dari apa yang dikatakan Bacon, bahwa agama dan spiritul
secara perlahan ditinggalkan dan secara sadar maupun tidak, manusia mengalami
pengucilan pada arti esensinya. Tak bedanya sepeti binatang, hanya bertumpu
pada materi dan pemuasan hawa nafsu. Inilah politik kolonialisme untuk
menghancurkan islam.
Sistem intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada
pengetahuan, begitupun bangasa barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan,
kolonialisme memunculakan ideoliogi-ideologi kontemporer yang menutupi akan
tujuan mereka untuk meniadakan konsep manusia sebagai mahluk utama. Seperti historisisme,
biologisme dan sosiologisme.Historisisme menganggap manusia sebagai
satu-satunya material determinatif yang mengarah pada determinatid
materialisme, yang peranan manusia didalamnya hanya sebagai elemen yang pasif.
Biologisme, yang mengutamakan hukum alam, menganggap manusia seperti binatang
serta menifestasi spiritual kemanusiaan dan kuslitasnya hasnya sebagai
penimbulan dari keadaan fisik manusia, seperti insting binatang. Sosiologisme,
menganggap menusia sebagai tumbuhan yang tumbuh dalam taman lingkungan
sosialnya. Paham ini beranggapan bahwasanya menusia itu bisa mengalami panen
hanya apabila taman itu diubah.Terlihat dari paham-paham kontemporer itu,
semuanya bertumpu pada peniadaan konsep mausia dan mengarah hanya pada materi
saja.[12]
5. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama
Sejak tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial
telah bersungguh-sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari
kehidupan bangsa. Mereka berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama
dengan cara menghilangkan identitas mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka
seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika memungkinkan.
Negara kolonial sebuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun
lamanya sehingga peran para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan.
Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak punya otoritas apapun, bahkan tak lagi
menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-tempat yang
sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak
berhubungan dengan kenyataan hidup, seperti mengurusi orang mati dan
pekerjaan-pekerjaan lainya yang bersifat formal.
Bahkan para penguasa disebagian negeri Islam telah berhasil meminggirkan
para ulama setelah bersusah payah selama bertahun-tahun. Bahkan para ulama itu
tak lagi dapat menjalankan peran rutinya, mengajar. Tentunya, di sebagian
negeri yang kita ketahui dengan baik, mereka (para kolonial) tak mampu mencabut
kedudukan ulama atau menghilangkan secara total pusat-pusat keilmuan para ulama
itu. Bahkan mereka tak mampu melemahkan para ulama sampai batas menjadikan
adanya ulama itu sama dengan tak adanya.Namun, mereka (kolonial) menggunakan
cara lain, yaitu menjadikan para ulama dan pusat-pusat keilmuan berada bahwa
kekuasaan penguasa, kearajaan, dan pemerintahan yang batil.Saat berupaya
mealapangkan rencananya menguasai politik, ekonomi, sosial, dan kebuudayaan,
negara-negara Kolonial justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk
dari keyakinan agama. Tentunya, tidak semua agama di
setiap tempat berdiri menentang intrik penjajahan; misalnya, Agama yang
menyimpang dan agama buatan tangan kekuasaan. Sudah tentu, agama semacam ini
tidak akann menentang kolonialsme.
Sebaliknya, Islam sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan
benar menentang penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah
Islam. Para penjajah tealh memahami itu lewat berbagai penelitian. Meraka
mencobanya di India, di negara-negara Arab, dan di Iran. Di setiap tempat,
perasaan reliigius bangkit di tengah-tengah umat manusia. Hasilnya,
negara-negara kolonial mendapatkan penghalang yang berarti tegak dihadapan
mereka, serta genccar menentang rencana jahat mereka, Diantaranya adalah
“Revolusi tembako” di Iran, geraakan konstitusi, tragedi berdarah di India
dalam menghadapi penjajahan Inggris, dan perlawanan orang-orang Islam
Afganistan terhadap penjajahan Inggris di pertengahan Abad ke-19. Juga
kebangkitan Sayyid Jaaluddin al-Asad Abadi di mesir yang mengguncang Inggris.
D. Implikasi Penjajahan Barat Terhadap
Perkembangan Peradaban Islam
Serbuan kaum salib ke negeri-negeri Islam
tidak hanya menggunakan pedang, besi dan api, tetapi juga melalui peradaban
mereka yang dicekokkan ke semua negeri yang dapat dikuasainya. Bukan hanya
peradaban material yang menyerbu negara-negara Islam, bahkan mental dan
nilai-nilai moralpun tidak ketinggalan, seperti sistem pendidikan dan
pengajaran, dan pemikiran-pemikiran orang Eropa mengenai ilmu jiwa, ilmu
sosial, modal dan lain-lain. Perang Salib menghasilkan puing-puing kehancuran
bagi kaum muslimin akibat kemauan penjajah yang dikendalikan oleh keserakahan
untuk menguasai dan memperkuat wilayahnya mereka memikul salib di pundak
mereka, tetapi setan berada di hati mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban
ditambah dengan peradaban Persia, Turki dan lain-lain disamping pemikiran
filsafat yang diserap dari Yunani dan Romawi. Dengan datangnya peradaban Barat,
maka peradaban lama yang telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami
keguncangan hebat dalam pikiran mereka. Inti peradaban Barat bercorak Nasrani,
karena itu orang-orang Qibth di Mesir lebih mudah meniru dan menyerapnya. Namun
mereka lebih banyak menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga
setiap rumah dari keluarga kaum muslimin telah menggunakan penerangan listrik,
menggunakan sajadah buatan Eropa, mendengarkan siara radio Eropa dan lain
sebagainya. Pada saat barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban,
persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka.
Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah
politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power. Yang pertama
merasakan hal itu diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama
dan utama menghadapi kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan
pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.Penjajahan Barat juga
memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang didorong oleh 2 faktor yaitu :
1. Pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing
yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan menimba gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
2. Tercermin dari pengiriman para pelajar muslim
oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu
pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke
dalam bahasa Islam.
Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak
menuntut ilmu ke Inggris. Pengaruh Barat terutama terlihat pada lapisan atas
dan menengah, terutama pada intelegensia orang yang memperoleh pendidikan Barat,
yang dijumpai pada tiap negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat
mereka mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada
sendi-sendi filsafat hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan
ide-ide Barat dan memikirkan sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat.
Kedua, memutuskan hubungan dengan warisan lama, menerjunkan dirinya dalam
pembaratan. Yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan kengerian Barat.
Memang benar bahwa pera.[13]
Tanpa peradaban Barat dunia Islam tentu masih
seperti keadaan semula, tetapi itu tidak berarti bahwa peradaban Barat tidak
mengandung cacat dan kekurangan. Peradaban Barat telah menjauhkan dunia Islam
dari peradaban Islam yang lama. Akhirnya peradaban Islam bukan lagi suatu
produk dari kaum muslimin mandiri sebagaimana peradaban Barat adalah produk
dari orang-orang Barat sendiri.
Kebangkitan Negara – Negara Islam Periode
Modern Ekspansi yang telah dilakukan oleh negara – negara Eropa telah
menyadarkan umat Islam bahwa mereka sangat tertinggal jauh dari negara – negara
Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Negara – negara
Eropa bisa menjajah karena keberhasilan mereka menerapkan sratetegi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang mereka miliki. Pada satu sisi kekuatan militer
dan politik negara – negara Islam menurun. Perekonomian yang merosot yang
merupakan akibat dari monopoli perdagangan antara timur dan barat tidak lagi
mereka kendalikan. Di sisi lain negara – negara Eropa pada waktu yang sama menggunakan
metode berpikir rasional, dan disana tumbuh kelompok intelektual yang
membebaskan diri mereka dari ikatan – ikatan gereja.
Sementara dalam bidang ekonomi dan
perdagangan mereka mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya
Tanjung Harapan dan Benua Amerika. Usaha yang dilakukan negara – negara Islam
melalui gerakan pembaharuan, didorong oleh beberapa faktor yang saling
mendukung, yaitu pemurnian ajaran – ajaran Islam dari unsur – unsur asing yang
dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan belajar gagasan – gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari negara – negara Eropa. Salah seorang
tokoh pemikir gerakan kemerdekaan yang bernama Sayyed Jamaluddin Al Afghani
yang berasal dari Afganistan, ia memperkenalkan hasil pemikirannya itu yang
bernama Pan-Islamisme,yang sebelumnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiah dan
Sanisiyah, artinya solidaritas antara seluruh muslim di dunia internasional.
Ajaran inilah kemudian banyak digunakan oleh para pemikir pembaharuan di dunia
Islam Tetapi gagasan Pan-Islamisme lama kelamaan meredup setelah terjadinya
Perang Dunia I, yang mana pada waktu itu Turki bersekutu dengan Jerman dan
mengalami kekalahan. Maka setelah itu muncullah gagasan baru yang bernama
gagasan nasionalisme.
Gagasan ini pada permulaannya banyak mendapat
tentangan dari berbagai pihak dari pemuka – pemuka islam karena tidak sejalan
dengan semangat ukhuwah islamiyah, tetapi setelah itu berkembanglah gagasan
nasionalisme itu. Diberbagai negara mislanya, gagasan nasionalisme di Mesir telah
tumbuh sejak masa Al Tahtawi (1801 – 1873) dan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi
tokoh yang terkenal dalam pergerakan memperjuangklan gagasan ini di Mesir ialah
Ahmad Urabi Pasha. Sedangkan di Arab sendiri gagasan nasionalisme Arab segera
menyebar dan disambut hangat sehingga nasionalisme terbentuk atas dasar
kesamaan bahasa. Di India Pan-Islamisme juga tumbuh melalui pelopornya Sed Amir
Ali (1848-1928). Namun gagasan ini segera tergantikan oleh gagasan
nasionalisme. Akan tetapi gagasan nasionalisme juga segera pudar, Ini
dikarenakan kaum muslimin yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang
mayoritas. Maka umat islam di negara India tidak menganut nasionalisme,
melainkan islamisme, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komunalisme.
Dan di Indonesia partai politik besar yang
menentang penjajahan di Indonesia adalah Sarekat Islam didirikan tahun 1912
oleh HOS Tjokroamionoto. Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan dari
Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H.Samanhuditahun 1911. Tidak lama
kemudian partai – partai politik lainnyapun mulai bermunculan, seperti PNI, PNI
Baru, Permi. Munculnya gagasan – gagasan untuk pembaharuan Islam yang kemudian
diikuti dengan berdirinya beberapa partai politik merupakan modal pertama yang
dimiliki oleh umat Islam untuk mewujudkan negara yang bebas dari pengaruh
negara – negara Eropa. Perjuangan nyata partai politik tersebut mereka wujudkan
dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk
diplomasi maupun bersenjata, dan pendidikan dan propaganda untuk mempersiapkan
masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu sendiri.
Dan pada pertengahan abad ke-20 terjadi
Perang Dunia ke-2, yan melibatkan negara kolonialis. Hampir semua daratan di
Eropa dilanda peperangan. Konsekuensinya adalah terpusatnya konsentrasi
kekuatan militer di setiap negara. Akibatnya negara – negara Eropa menarik
pasukannya yang berada di daerah jajahan mereka masing – masing. Dalam kondisi
seperti ini negara – negra Islam yang tidak terlibat memanfaatkannya untuk
memperoleh kemerdekaan negerinya masing – masing Dan negara mayoritas
berpenduduk muslim pertama kali memproklamasikan kemerdekaan adalah Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang, setelah
Jepang ditaklukkan oleh Tentara Sekutu dengan ditandai dibomnya kota Hiroshima
dan Nagasakai. Namun setelah itu masyarakat Indonesia harus mempertahankan
kemerdekaan dari Belanda dan Tentara Sekutu yang berhasil menguasai Indonesia
Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan bangsa Barat adalah Pakistan,
tanggal 15 Agustus 1947. yaitu ketika negara Inggris menerahkan kedaulatannya
di India dan Pakistan kepada dua Dewan Konstitusi. Yang pada waktu itu presiden
pertamanya adalah Ali Jinnah.
Di bagian Timur Tengah, negara Mesir yang
telah memperoleh kemerdekaan tahun 1922 dari negara Inggris, tetapi dalam
sistem pemerintahan Raja Faruk, masih besar pengaruh Inggris. Barulah pada
tanggal 23 Juli 1952 masa pemerintahan Jamal Abd al Nasser merobohkan sistem
pemerintahan Raja Faruk Di negara lain Irak yang hampir sama keadaannya dengan
negara Mesir yaitu memperoleh kemerdekaan tahun 1932, tetapi rakyat Iraq baru
meraskan kemerdekaan yang sesungguhnya pada tahun 1958. Sebelum negara Iraq,
negara lain yang mengumandangkan kemerdekaan adalah Syria, Jordania, dan
Libanon pada tahun 1946. Di Afrika, negara – negara banyak yang telah
membebaskan diri dari penjajahan bangsa barat yaitu Perancis. Diantaranya Lybia
tahun 1951, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Dan hampir
bersamaan negara Yaman Utara, Yaman Selatan, Emirat Aab memperoleh kemerdekaan.
Di Asia Tenggara, negara – negara mayoritas Islam juga mendapat kemerdekaan
mereka. Malaysia yang pada waktu itu Singapura juga masih masuk mendapat
kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, disusul Brunei Darussalam tahun 1984. Satu
per satu negara – negara Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajahan negara –
negara Eropa. Bahkan ada negara yang minoritas penduduk Islam ingin memperoleh
otonomi sendiri dengan kata lain iningi mendirikan negara yang merdeka. Seperti
Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbaijan yang
belum lama ini memperoleh kemerdekaan mereka. Tetapi negara seperti India, yang
minoritas penduduknya di Khasmir dan Filipina yang berada di Moro belum
memperoleh kemerdekaan. Meskipun hidup mereka terasa tertekan karena status
minoritas yang sering menyulitkan mereka dalam memperoleh kesejahteraan hidup.[14]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali
dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1.
Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara
Islam.
2.
Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara
jajahannya.
3.
Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang
melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk
penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga
banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa
penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat
ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban
Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban
mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana
bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba
gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.
DATFAR PUSTAKA
Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek
Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
Gani, Salahuddin. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam. www.salahuddingani.blogspot.com 2011.
Hadi, Syamsul. 2010. Penjajahan Barat atas Dunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan
Negara-negara Islam.
Khamenei Ali, Perang Kebudayaan, Jakarta : Cahaya, 2005
Looba Ania, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang
Budaya,2003
Munawwir
Ima m, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke
Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu
Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI
Muthahhari, Murtadha, Islam dan tantangan zaman, Jakarta : Sadra
Press, 2011
Sitompul Agussalim, Perang Salib, Beberapa
Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
Syariati Ali, kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya,
bandung , mizan press, tth.
Sanaki, Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.
[4] Ali, Syariati
kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung ,
mizan press, tth.
[8]Syamsul Hadi,. 2010. Penjajahan Barat atasDunia Islam dan
Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Islam.
[9]Salahuddin Gani. 2011. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam. www.salahuddingani.blogspot.com
[11]Murtadha Muthahhari, , Islam dan
tantangan zaman, Jakarta : Sadra Press, 2011
[13]Agussalim Sitompul, Perang
Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
[14]Imam
Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke
Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu