Dalam administrasi pesantren, organisasi yang solid, sangat diperlukan, bila
organisasi dalam pesantren itu baik, maka jelas segala kewajiban dan tugas –
tugas pengurus niscaya akan terselesaikan dengan baik, serta interaksi antar
pengurus akan saling menguatkan dan memaksimalkan program kerja yang telah
direncanakan dan diperjelas pembagian tugasnya (Job Discription), dengan
demikian sistematika kerja pengurus jelas dan produktif.
Latar Belakang
A.
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada
era global pada era ini terasa saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan,
social dan budaya, termasuk dalam pendidikan pesantren. Kemajuan
yang pesat itu mengakibatkan cepat pula perubahan dan berkembangnya berbagai
tuntutan masyarakat.
Apapun itu bentuk suatu
kerjasama terlebih dalam pendidikan dan untuk mencapai tujuannya, hendak bahkan
seharusnya “diadministrasikan” dengan baik, artinya dikelola
sesuai dengan ilmu administrasi. Administrasi sangat diperlukan bagi
kelangsungan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak
lepas dari keaktifan orang-orang yang menguasai administrasi dalam pesantren.
Orang sering menganggap enteng administrasi tersebut, padahal kalau
administrasi dipegang sama orang-orang yang kurang terampil maka administrasi
tersebut akan berantakan. Orang yang memegang administraasi adalah orang yang
sudah terlatih dalam bidangnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja cakupan adminstrasi pesantren tradisional.
2.
Apa
saja Aspek-Aspek Pengorganisasian Pesantren Tradisional.
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan cakupan adminstrasi pesantren tradisional.
2.
Menjelaskan
Aspek-Aspek Pengorganisasian Pesantren Tradisional.
Pembahasan
A.
Cakupan Administrasi Pesantren
1.
Organisasi
Dalam administrasi pesantren, organisasi yang
solid, sangat diperlukan, bila organisasi dalam pesantren itu baik, maka jelas
segala kewajiban dan tugas – tugas pengurus niscaya akan terselesaikan dengan
baik, serta interaksi antar pengurus akan saling menguatkan dan memaksimalkan
program kerja yang telah direncanakan dan diperjelas pembagian tugasnya (Job
Discription), dengan demikian sistematika kerja pengurus jelas dan
produktif.
2. Management
Manajemen yang dilakukan pesantren AL FALAH
meliputi bagaimana caranya menggerakkan satu sektor; lini atau bagian lainnya.
Dengan berbagai cara tempuh secara continue; itiqomah mengaplikasikan beberapa
fungsi manajemen yang ada, antara lain menurut George Therry dalam Principle
Management dengan fungsi POAC (Planning, Oraganizing, Actuating, and
Controlling). Namun masih terbuka menggunakan beberapa fungsi management
menurut beberapa ahli. Dikandung maksud semua program yang telah
dirancang-bangun dan disepakati bersama, dapat terlaksana, terlebih mencapai
hasil maksimal (Goal Oriented).
3. Keuangan
Apapun itu bentuk gerak, kegiatan, program dan
lain – lain, pastilah tidak lepas dengan keuangan (financial), namun
pada dasarnya keuangan bukan modal dasar orang melakukan aktivitas sehari –
hari. Akan lebih baik jika suatu organisasi memiliki keuangan yang jelas,
begitu pula dengan pesantren. Keuangan tersebut dialokasikan untuk biaya
operasional guna perbaikan sarana dan prasarana, pembangunan fisik dan non
fisik.
4. Surat Menyurat
Sarana komunikasi yang mengandung pesan – pesan
resmi pesantren, tertulis diatas kertas khusus untuk keperluan pesantren.
B.
Aspek-Aspek Pengorganisasian Pesantren
- Struktur Organisasi.
Secara tradisional, struktur organisasi dipandang sebagai suatu jaringan
tempat mengalirnya informasi. Dalam hubungannya dengan komunikasi akan
terjadi; 1). instruksi dan perintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan
dari seseorang kepada orang yang berada di bawah hirarkinya langsung dan
2). laporan, pertanyaan, permohonan, selalu dikomunikasikan ke atas
melalui rantai komando dari seseorang kepada atasannya langsung. Pada
umumnya pondok pesantren telah memiliki struktur organisasi yang
menggambarkan arus interaksi personal serta hubungan satuan pekerjaannya.
Bagan struktur umumnya berbentuk piramid,
yakni bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari pucuk pimpinan sampai
dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari atas ke
bawah, atau sebaliknya. Bagan piramid merupakan bagan yang lazim dipakai
berbagai organisasi, sebab sifatnya yang sederhana dan mudah dibuat.
- Koordinasi.
Koordinasi adalah proses mengintegrasikan sasaran-sasaran dan aktivitas
dari unit kerja yang terpisah agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara efektif. Di
sinilah pentingnya komunikasi sebagai kunci dari koordinasi yang efektif.
- Wewenang, Tanggung Jawab dan
Pelaporan. Wewenang adalah hak memerintah
atau berbuat. Hak ini muncul kerana kedudukan formalnya dalam
organisasi. Seorang pimpinan
memiliki wewenang yang didelegasikan kepada bawahannya. Sedangkan tanggung
jawab merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya
melaksanakan kegiatan-kegiatan. Tanggung jawab tercipta dengan diterimanya
tugas tersebut. Namun demikian, baik pimpinan maupun bawahan bertanggung
jawab terhadap tugasnya masing-masing. Dengan demikian, tanggung jawab
pada dasarnya tidak dapat didelegasikan. Selain bertanggung jawab, bawahan
juga berkewajiban memberikan laporan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pada
umumnya, pondok pesantren telah memiliki
struktur organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung jawab
bagi personalia organisasi pondok pesantren. Sementara itu, sistem
pelaporan dari pelaksanaan tugas dilakukan secara formal melalui rapat berkala maupun infomral
dan insidental.
- Pendelegasian dan Desentralisasi.
Delegasi bermakna pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab kepada
seseorang atas pelaksanaan aktivitas tertentu. Biasanya pendelegasian
ditunjang oleh unsur motivasi dan
komunikasi yang baik untuk membantu
pimpinan melaksanakan tugas pokoknya. Pendelegasian ini tentunya
memerlukan persyaratan, yaitu 1). Spesifikasi tugas dan 2). Kesamaan fungsi
dan rentang manajemen. Pada umumnya di pondok pesantren pendelegasian pada
bidang pekerjaan formal relatif jarang dilakukan. Yang sering terjadi
adalah pendelegasian untuk urusan-urusan informal, seperti menghadiri
undangan dan hal-hal yang bersifat insidental. Selain pendelegasian,
terjadi pula desentralisasi wewenang disebabkan; 1). orang cenderung ingin
bebas mengambil keputusan; 2). dinamika usaha memerlukan putusan cepat;
3). makin bertambahnya orang yang berkemampuan mengelola organisasi; dan
4). teknik pengawasan berkembang dengan cepat.
- Pengawasan.
Apabila diperhatikan pada struktur organisasi pondok pesantren tergambar
rentang atau tingkat pengawasan. Misalnya, masing-masing bidang pekerjaan
di kepalai/dikoordinir oleh seseorang dan dibantu beberapa staf. Kepala
atau koordinator senantiasa melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pekerjaan stafnya.
- Inovasi dan Perubahan. Pada prinsipnya sumber inovasi terdiri atas faktor internal, meliputi a). kejadian atau hasil yang tidak diharapkan; b). keganjilan, keanehan, dan ketidakpastian; c). kebutuhan prosen; d) perubahan yang tidak diharapkan dalam industri/struktur pasar. Sedangkan faktor eksternal, yakni perubahan penduduk, perubahan persepsi dan pengetahuan baru. Pada umumnya, inovasi yang terjadi di pondok pesantren berkaitan dengan kurikulum.
No comments:
Post a Comment