Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Pendidikan, Karya Tulis Ilmiah,Dan lain-lain. Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Filsafat Pendidikan Islam, Biografi, dan Karya Ibnu Khaldun

Untuk Mendapatkan File Makalah atau Artikel dibawah ini, Silahkan Klik Download! download
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani. untuk lebih jelasya akan dibahas pada makalah dibawah ini, selamat membaca.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan manusia agar manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, dengan adanya pendidikan manusia akan mampu melakukan apapun yang dia inginkan, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya serta mengembangkan akal pikirannya sehingga dalam melakukan segala sesuatu manusia tidak mengalami kesalahan yang fatal. Pendidikan terhadap manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya faktor keluarga, dan lingkungan tempat manusia tinggal dan bergaul. Pendidikan yang baik akan menjadikan manusia tersebut baik pula dan sebaliknya pendidikan yang buruk akan mengakibatkan buruk pula.
Mengenai pendidikan banyak sekali pemikiran-pemikiran para filosuf mengenai pendidikan terhadap manusia baik filosuf islam maupun filosuf non-islam. Pemikiran para ahli mengenai pendidikan sangat beragam, namun banyak pula kesamaan pemikiran. Namun dalam makalah ini penulis hanya akan menjelaskan satu pemikiran pendidikan yaitu pemikiran seorang filosof islam yang berjudul pendidikan islam persepektif Ibnu Khaldun. Dalam makalah ini selain akan dijelaskan mengenai pemikiran Ibnu khaldun tentang pendidikan akan dijelaskan pula mengenai riwayat hidup ibnu khaldun.

B. Rumusan Masalah
   Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan ketentuan yang ada.Maka dari itu perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijakan untuk pembahasan pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut ialah sebagai berikut:
1. Biografi Ibnu Khaldun?
2. Bagaimana pemikiran Ibnu Khaldun tentang Filsafat Pendidikan Islam?
3. Apa saja karya-karya Ibnu Khaldun?

C. Tujuan Penulisan
   Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan sudah barang tentu semuanya mempunyai tujuan masing-masing dan boleh jadi tujuan tersebut berbeda ataupun sama. Sedang pembelajaran dari makalah ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :
1. Mengetahui biografi Ibnu Khaldun.
2. Mengetahui pemikiran ibnu khaldun tentang Filsafat Pendidikan Islam.
3. Mengetahui karya Ibnu Khaldun.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.[1]
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami.Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur’an sejak usia dini, selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).[2]
Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah hadith serta pernah dikirim nabi untuk mengajarkan agama Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M Khalid bin Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk wilayah bagian selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang Andalusia dan Afrika Barat Laut yakni dengan penambahan pada akhir nama dengan “un” sebagai pernyataan penghargaan kepada keluarga penyandangnya. Dengan demikian Khalid menjadi Khaldun.
Di Andalusia keluarga Khaldun memainkan peranan yang cukup menonjol baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mereka awalnya menetap di kota Carmon kemudian pindah ke kota Sevilla. Di kota ini mereka memainkan peranan penting dalam pemerintahan. Akan tetapi melihat kakeknya yang aktif dalam pemerintahan maka ayah ibn Khaldun memutuskan untuk menjauhkan diri sama sekali dari dunia politik dan mengkhususkan dirinya untuk bergerak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Ayahnya menjadi terkenal di bidang bahasa Arab dan tasawuf.
Guru pertama ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Dia belajar membaca dan menghafal al-Qur’an Ibnu Khaldun diketahui bahwa dia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan dia tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja sehingga pengetahuannya begitu luas dan sangat bervariasi.
Ibnu Khaldun memulai berkarirnya dalam bidang pemerintahan dan politik, Jabatan pertaman Ibnu Khaldun pertama adalah sebagai anggota Majlis keilmuwan Kemudian dia diangkat menjadi sekertaris Sultan  pada Tahun 1354.
Selain di dunia politik, Ibnu Khaldun juga mengajarkan di masjid. Kemudian dia pindah ke Biskarah. Dari Biskarah ibnu khaldun kembali ke Andalusia dan menuju Tilimsan tahun 1374 M. Ibnu Khaldun menemukan tempat untuk menulis dan membaca di rumah bani Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamh sebagai tempat tinggal selama empat tahun dia memulai karnya yang terkenal dengan Kitab al-Ibar (sejarah Universal).
Pada Tahun 1378 dia meninggalkan istana dan menuju ke Tunisia. Pada saat  disitu dia melakukan revisi terhadap karyanya untuk di hadiahkan kepada Sultan Abu al-Abbas pada tahun 1382 M. Dan Pada Tahun itu pula  dia pindah ke Alexandria dan menetap di Mesir. Dan selama di mesir Ibnu Khaldun mengajar di Masjid al-Azhar.dia memberikan  ilmu pengetahuan yang berupa: Hadith, Fiqh maliki, serta menerangkan teori-teori kemashurannya dalam kitab Muqaddimah di samping juga mengajar di perguruan tinggi al-Azhar. Dia diangkat sebagai hakim madhab Maliki pada tahun 1384 M dan aktif dalam dunia pendidikan.
Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Sebagai pelopor sosiologi, sejarah-filsafat, dan ekonomi-politik, karya-karyanya memiliki keaslian yang menajubkan.“Kitab al-I’bar” termasuk al-Taarif adalah buku sejarahnya yang berisi Muqaddimah serta otobiografinya.Bukunya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini membicarakan tentang masyarakat, asal-usulnya,kedaulatan, lahirnya kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Pada bagian kedua kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid, membicarakan tentang sejarah bangsa arab dan orang-orang muslim lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk dinasti syiria, persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan prancis. Dan pada bagian ketiga terdiri dari dua jilid, yang didalamnya membicarakantentang  bangsa barbar dan suku tetangga, otobiografi yaitu Al-Taarif.[3]

B. PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM IBNU KHALDUN
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.
Tradisi ilmiah yang digunakan  oleh ibnu khaldun dimulai dengan menggunakan tradisi berfikir ilmiahdengan melakukan kritik atas cara berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil karya-karyanya tersebut, telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia auat pengetahuan yang otentik.[4]
Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun yaitu:
§  Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan
§  Menyiapkan seseorang dari segi akhlaq
§  Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
§  Menyiapakn seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
§  Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
§  Menyiapkan seseorang dari segi kesenian
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam mengarah pada konsep dan pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan yaitu:
- Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill) dalam bidang tertentu.
- Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman
- Pembinaan pemikiran yang baik.

1. PENDIDIK
Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan psikologis peserta didik. Pengetahuan ini sangat membantu untuk mengenal setiap individu peserta didik dan mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Seorang  pendidik atau guru seharusnya mengetahui kemampuan dan daya ingat peserta didik. Kemampuan ini akan bermanfaat untuk menetapkan materi pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Jika seorang pendidik memaksakan materi di luar kemampuan peserta didiknya, maka peserta didik akan merasakan kebosanan mental bahkan kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran dengan kemampuan peserta didik.
Ibnu Khaldun menganjurkan agar para guru bersikap dan berperilaku penuh kasih sayang kepada peserta didiknya, seorang pendidik dituntut agarbersikap lembut dan saling pengertian, dan tidak melakukan kekerasan dan bersikap kasar dalam mendidik peserta didik, sebab sikap yang seperti itu dapat membahayakan peserta didik, bahkan dapat merusak mental anak didik, akibatnya peserta didik bisa berprilaku bohong, malas dan bicara kotor, dan lain sebagainya, karena ada perasaan  takut dimarahi atau takut dipukul oleh seorang guru.
Dalam hal ini, keteladanan guru yang merupakan keniscayaan dalam pendidikan, sebab para peserta didik menurut Ibnu Kholdun lebih mudah dipengaruhi dengan cara peniruan dan peneladanan serta nilai-nilai luhur yang mereka saksikan, dari pada dipengaruhi oleh nasehat, pengajaran atau perintah-perintah.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu menggunakan metode mengajar yang efektif dan efisien. Ibnu Khaldun mengemukakan 6 (enam) prinsip utama yang perlu diperhatikan oleh seorang  pendidik, yaitu:
ü  Prinsip pembiasaan
ü  Prinsip tadrij (berangsur-angsur)
ü  Prinsip pengenalan umum (generalistik)
ü  Prinsip kontinuitas
ü  Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
ü  Menghindari kekerasan dalam mengajar.

2. PESERTA DIDIK
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian- bagian lainnya.[i] Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Pada dasarnya peserta didik adalah:
a. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang harus dipenuhi.
b. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual (diferensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada.
c. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur alam, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohani memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal maka proses pendidikan hendaknya melalui ilmu-ilmu rasional. Dan untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
d. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

3. KURIKULUM DAN MATERI PENDIDIKAN
Pengertian kurikulum pada masa Ibnu Khaldun masih terbatas dan pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah dalam bentuk mata pelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab-kitab tradisional yang tertentu.
Sedangkan pengertian kurikulum modern, telah mencakup konsep yang lebih luas yang di dalamnya mencakup empat unsur pokok yaitu: Tujuan pendidikan yang ingin dicapai, pengetahuan-pengetahuan,data kegiatan-kegiatan, pengalaman-pengalaman dari mana terbentuknya kurikulum itu, metode pengajaran serta bimbingan kepada murid, ditambah metode penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kurikulum dan hasil proses pendidikan.
Dalam pembahasannya mengenai kurikulum Ibnu Khaldun mencoba membandingkan kurikulum-kurikulum yang berlaku pada masanya, yaitu kurikulum pada tingkat rendah yang terjadi di negara-negara Islam bagian Barat dan Timur.Ia mengatakan bahwa sistem pendidikan dan pengajaran yang berlaku di Maghrib, bahwa orang-orang Maghrib membatasi pendidikan dan pengajaran mereka pada mempelajari al-Qur’an dari berbagai segi kandungannya. Sedangkan orang-orang Andalusia, mereka menjadikan al-Qur’an sebagai dasar dalam pengajarannya, karena al-Qur’an merupakan sumber Islam dan sumber semua ilmu pengetahuan. Sehingga mereka tidak membatasi pengajaran anak-anak pada mempelajari al-Qur’an saja, akan tetapi dimasukkan juga pelajaran-pelajaran lain seperti syair, karang mengarang, khat, kaidah-kaidah bahasa Arab dan hafalan-hafalan lain.
Demikian pula dengan orang-orang Ifrikiya, mereka mengkombinasikan pengajaran al-Qur’an dengan hadits dan kaidah-kaidah dasar ilmu pengetahuan tertentu.Adapun metode yang dipakai orang Timur seperti pengakuan Ibnu Khaldun, bahwa orang-orang Timur memiliki jenis kurikulum campuran antara pengajaran al-Qur’an dan kaidah-kaidah dasar ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Ibnu Khaldun menganjurkan agar pada anak-anak untuk terlebih dahulu diajarkan bahasa Arab sebelum ilmu-ilmu yang lain, karena bahasa adalah merupakan kunci untuk menyingkap semua ilmu pengetahuan, sehingga menurutnya mengajarkan al-Qur’an mendahului pengajarannya terhadap bahasa Arab akan mengkaburkan pemahaman anak terhadap al-Qur’an itu sendiri, karena anak akan membaca apa yang tidak dimengertinya dan hal ini menurutnya tidak ada gunanya.
Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, karena materi adalah merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi dua macam yaitu:

1)   Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang dalam hal ini peran akal hanyalah menghubungkan cabang permasalahan dengan cabang utama, karena informasi ilmu ini berdasarkan kepada otoritas syari’at yang diambil dari al-Qur’an dan Hadits.
Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu antara lain: ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu ta’bir mimpi.
2)   Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui kemampuannya untuk berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di dunia, dan sudah ada sejak mula kehidupan peradaban umat manusia di dunia.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi menjadi empat macam ilmu yaitu:
Ø  Ilmu logika,
Ø  Ilmu fisika,
Ø  Ilmu metafisika dan
Ø  Ilmu matematika termasuk didalamnya ilmu, geografi, aritmatika dan al-jabar, ilmu music, ilmu astromi, dan ilmu nujuum.
Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingan bagi anak didiknya menjadi empat macam, yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaan. diantaranya:
·         Ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
·         Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan (metafisika)
·         Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari ilmu bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama.
·         Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu adalah merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang materi ilmu pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu syari’at (agama) dan ilmu ‘Aqliyah (filsafat). Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang pertama, hal itu ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik, karena membantunya untuk hidup dengan seimbang namun dia juga meletakkan ilmu aqliyah (filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan ilmu agama.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu pengetahuan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar banyak tergantung pada para pendidik, bagaimana dan sejauh mana mereka pandai mempergunakan berbagai metode yang tepat dan baik.

C. KARYA IBNU KHALDUN
Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah:[5]
a) Kitab Muqaddimah
Merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema muqaddimah ini adalah gejala-gejala sosial dan sejarahnya.
b) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.
Atau “Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar, serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka”, yang kemudian terkenal dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.
c) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban (al-Ta’rif).
Oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab, tapi saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
d) Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
e) Syifa ‘al syail li Tahdz.


BAB III
A.    KESIMPULAN
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani
Karya-karya Ibnu Kaldun antara lain ;
a) Kitab Muqaddimah
b) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.
c) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban (al-Ta’rif).
d) Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
e) Syifa ‘al syail li Tahdz.

B. Saran
Dalam memahami pendidikan islam tentunya akan menemui perbedaan antara ulama satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa tidak sepantasnya saling salah menyalahkan pendapat satu dengan yang lainnya.Karena setiap pendapat yang dikeluarkan oleh para ulama tentunya semuanya memiliki dasar.Kita harus lebih bijak dalam mengatasi perbedaan.
  

DAFTAR PUSTAKA

 Jamil Ahmad.2003. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka firdaus.
Syarifudin Jurdi.2008. Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, POKJA :’UIN Sunan Kalijaga.
Fuad Baali dan Ali Wardi.2003. Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Siswanto, M. Pd.I.2009. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filosofis. Pamekasan: Stain pamekasan press.

[1]Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka firdaus, Jakarta, 2003, hlm. 20
[2]- Syarifudin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, (POKJA :’UIN Sunan Kalijaga, 2008) hlm.17.
[4]- Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003., hlm. 13
[5]Siswanto, M. Pd.I, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filosofis (Pamekasan: Stain pamekasan press, 2009), hlm.77.