BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap usaha untuk
mengetahui mengapa manusia berperilaku seperti mereka tujukkam di dalam
organisasi-organisasi, memerlukan pemahaman tertentu tentang
perbedaan-perbedaan individual. Para manajer banyak mencurahkan waktu mereka
untuk membuat penilaian-penilaian tentang penyesuaian antara individu-individu,
tugas-tugas pekerjaan dan efektivitas.
Perilaku merupakan hal yang sangat menarik
untuk dipelajari baik perilaku individu ataupun perilaku kelompok, mungkin
kedengarannya asing untuk mempelajari perilaku itu sendiri, namun hal ini
sangat penting karena dengan mengetahui arti dari perilaku kita dapat
mengetahui apa yang diinginkan oleh individu tersebut, hal ini bertujuan agar
apa yang kita harapkan dapat tercapai dengan kerjasama setiap individu dengan
keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku dalam sebuah organisasi sangat
mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Pengertian
Perilaku Individu dalam Organisasi ?
2.
Apa
saja pendekatan-pendekatan untuk memahami perilaku individu dalam organisasi ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui perilaku individu dalam organisasi.
2.
Menjelaskan
apa saja pendekatan-pendekatan untuk memahami perilaku individu dalam
organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perilaku individu dalam organisasi
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan,
dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu.[1]Perilaku
individu adalah suatu fungsi dari interaksi yang dilakukan oleh manusia atau
individu dengan lingkungannya.[2] Perilaku
setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang berbeda mengakibatkan
berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya suatu organisasi agar
kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama antar
individu.
Perilaku individu akan membentuk pada perilaku organisasi, seperti
yang terdapat pada gambar dibawah ini yang menggambarkan model umum perilaku
organisasi.
Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa seorang individu dengan
lingkungannya atau organisasi menentukan perilaku keduanya secara langsung.
Mengapa demikian, karena dalam gambar di atas, individu membawa ke dalam
tatanan organisasi kemampuan, kepercayan, pengharapan, pengalaman, kebutuhan
dan lainnya yang semua ini adalah karateristik yang dimiliki oleh individu dan
karateristik ini akan dibawa oleh individu tersebut manakala dia akan memasuki
lingkungan baru yakni organisasi atau lainnya. Organisasi yang juga merupakan
suatu lingkungan bagi individu mempunyai karateristik pula. Adapun yang
dimiliki oleh organisasi antaranya keteraturan yang diwujudukan dalam susunan
hierarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem
pengendalian dan sebagainya. Individu dan organisasi mempunyai karateristik
tersendiri dan jika keduanya ini berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku
individu dalam organisasi. Jadi dapat kami simpulkan bahwa perilaku
individu dalam organisasi adalah suatu reaksi yang dilakukan oleh individu di dalam organisasi
untuk bekerja sama dengan organisasi agar tujuan organisasi tersebut tercapai.
Perbedaan individu berasal dari perbedaan sifat
yang dimiliki oleh setiap individu yang berasal dari pengaruh lingkungan yang
berbeda, dan itu merupakan sifat manusia yang tidak dapat dipungkuri, karena
manusia memiliki perbedaan perilaku maka kemampuan yang dimiliki pun berbeda
pula, sehingga setiap manusia membutuhkan kerjasama antara satu dengan yang
lainnya agar dapat mencapai tujuan dari masing-masing individu tersebut, disini
kami dapat menarik kesimpulan bahwa meskipun setiap individu mempunyai
perbedaan namun pada hakikatnya mereka bisa bersama atau bersatu dalam mencapai
tujuan yang berbeda dalam suatu wadah yang biasa disebut organisasi.
B.
Pendekatan-pendekatan
untuk memahami perilaku individu dalam organisasi
Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu
perilaku untuk memahami perilaku manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Pendekatan pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 tiga pendekatan yaitu pendekatan kognitif, pendekatan
penguatan, dan pendekatan psikoanalitis.[3]
1.
Pendekatan
Kognitif
Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu perilaku
oleh suatu rangsangan, dimana perilaku individu terjadi atau timbul dikarenakan
adanya rangsangan sehingga timbulah respon atas rangsangan tersebut. contohnya
jika kita bertemu dengan teman dan kemudian dia bersikap baik terhadap kita
tentu saja kitapun akan bersikap baik pula.
Dapat pula digambarkan sebagai berikut :
Stimulus à
Kognisi à Response
Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif, ia
merupakan representasi internal yang terjadi antara suatu stimulus dengan
response (jawaban). Seseorang mengetahui adanya stimulus, kemudian memprosesnya
ke dalam kognisi yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan menyebabkan
jawaban.
Ada tiga hal yang umum
terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif ini. Tiga hal itu antara lain:
elemen kognitif, struktur kognitif dan fungsi kognitif. Berikut ini akan
diuraikan ketiga hal tersebut.
a. Elemen Kognitif
menurut Neisser adalah
aktivitas untuk mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai yang dikehendaki,
pengaturannya, dan penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang
dilakukan baik oleh organisme ataupun oleh orang-perorangan. Dari alasan inilah
maka pengetahuan mengenai cognition ini merupakan bagian dari psikologi,
teori-teori mengenai cognition ini merupakan teori psikologi.
b. Struktur Kognitif
Struktur kognitif bisa
berupa bermacam-macam bentuk. Ia mempunyai sejumlah hal dan bisa menghasilkan
konsekuensi-konsekuensi yang berbeda. Adapun hal-hal yang dimiliki oleh
struktur kognitif ini antara lain:
(1) Struktur kognitif mempunyai perbedaan atau kekomplekkan yang jamak, yang
semuanya itu ditentukan oleh sejumlah dan bermacam-macamnya kognisi-kognisi
yang berbeda dan yang menghasilkan sistem kognisi tertentu.
(2) Harta milik kedua dari struktur kognitif adalah kesatuannya suatu
sistem atau consonance.
c.
Fungsi kognitif
(1)
Memberikan pengertian pada kognitif baru,
pengertian terjadi jika suatu kognitif baru dihubungkan dengan sistem kognitif
yang telah ada. Contoh, jika kita mencoba makan makanan yang baru, stimulus
rasa memelukan pengertian tentang raa dari makanan tersebut, kemudian kita
menghubungkan rasa tersebut dengan rasa yang sama dengan yang pernah kita
rasakan misalnya manis, kecut, asin dan lain sebagainya. Jika pengalaman
kita tidak bisa dihubungkan dengan
kognitifnya (makanan baru tersebut) maka dapat dikatakan itu tidak memberikan
arti.
(2)
Menghasilkan emosi atau konsekuensi yang
menunjukkan sikap, sikap atau perasaan ini misalnya perasaan senang dan tidak
senang, baik atau buruk dan lain sebagainya. Dengan demikian, jika makanan yang
dimakan dalam contoh di atas, memberikan rasa enak, maka kita akan memberikan
penilaian sikap ”bagus” tentang makanan tersebut dan juga penilaian bagus
terhadap orang yang memberikan makanan, inilah yang dinamakan konsekuensi
emosi.
(3)
Membentuk sikap, sikap adalah determinan perilaku
karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi.[4]
(4)
Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku[5]
Pendekatan kognitif menekankan pada mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran atau
persepsi individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting daripada
lingkungan itu sendiri. Pendekatan kognitif ditimbulkan oleh ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada
struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur
kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur
menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidaksesuaian tersebut. Dalam
pendekatan kognitif, data dan sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
2.
Pendekatan
penguatan (Reinforcement)
Pendekatan
penguatan (Reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku
manusia yang dianggap sebagai suatu sumber stimulus yang dapat menghasilkan dan
memperkuat respon-respon perilaku. Perilaku ditentukan oleh stimulus lingkungan
baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perliku. Konsepsi
penguatan menjelaskan bahwa sesuatu yang terjadi untuk mengubah perilaku
seseorang. Adapun respon adalah setiap perubahan dalam perilaku individu. Dalam
pendekatan penguatan ini, suatu respon terjadi karena adanya suatu stimulus.
Dengan semikian suatu stimulus selalu menghasilkan suatu respon.[6]
Contoh sesorang yang menginginkan jabatan, lalu stimulus ynag berupa jabatan
itu datang padanya, maka jabatan tersebut akan mampu mengubah perilakunya yang
berupa perubahan positif maupun negatif.
Teori
reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya. Pendekatan reinforcement
mengukur stimulus lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat
diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
3.
pendekatan
psikoanalitis
pendekatan ini menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh
personalitasnya atau kepribadiannya. Kepribadian diartikan sebagai sistem yang
dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku. Kepribadian terdiri dari tiga
subsistem yaitu Id, Ego, dan Supergo.[7]
a.
Id
Adalah
subsistem dari kepribadian, ia adalah penampung dari semua kekuatan jiwa yang
menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Id ini seringkali dilukiskan sebagai
kawah mendidih yang berisi pengharapan dan keinginan-keinginan yang memerlukan
pemuasan secepatnya.
b.
Ego
Jika
Id di atas diterangkan sebagai sumber dari ketidaksadaran manusia, maka Ego
menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa sadar. Ego merupakan subsistem yang
berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya
(Id dan Supergo) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar. Ego mengembangkan
kepentingan Id dengan menghubungkan ke dunia luar untuk mendapatkan
pemuasan-pemuasan keinginannya. Dengan kata lain Ego bertindak sebagai
perantara bagi Id.
c.
Supergo
Supergo
sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas,. Ia adalah sumber norma
atau standar yang tidak sadar yang menilai dari semua aktivitas Ego.
Dengan demikian, psikoanalitis Menekankan pada
peranan system psikoanalitis dalam menentukan suatu perilaku. Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang bertinteraksi dengannya untuk
memuaskan keinginan-keinginan Id. Perilaku yang timbul oleh
tegangan-tegangan (tension) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya
keinginan-keinginan yang berasal dari Id. Keinginan dan harapan dihasilkan
dalam Id dan kemudian diproses dan dikerjakan oleh ego dibawah pengamatan
superego.
Masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu
yang relative penting bagi perilakunya. Sifat Id dan superego adalah keduanya
diturunkan dan kekuatan yang relative dari Id, ego dan super ego adalah ditentukan
oleh interaksi-interaksi dan pengembangannya dimasa lalu. Hampir sebagian besar
aktivitas mental adalah menetukan perilaku. Data ekspresi dari
keinginan-keinginan, harapan-harapan dan bukti penekanan dan penghambat atau
penahan dari keinginan tersebut lewat analisis mimpi, asosiasi bebas,
teknik-teknik proyektif dan hipnotis
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perilaku
individu dalam organisasi adalah suatu reaksi yang dilakukan oleh individu di dalam organisasi
untuk bekerja sama dengan organisasi agar tujuan organisasi tersebut tercapai.
Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu
perilaku untuk memahami perilaku manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Pendekatan pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 tiga pendekatan yaitu pendekatan kognitif, pendekatan
penguatan, dan pendekatan psikoanalitis.
Pendekatan
Kognitif
Ada tiga hal yang umum
terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif ini. Tiga hal itu antara lain:
elemen kognitif, struktur kognitif dan fungsi kognitif. Berikut ini akan
diuraikan ketiga hal tersebut.
1. Elemen Kognitif
2. Struktur Kognitif
a. Struktur kognitif mempunyai perbedaan atau kekomplekkan yang jamak, yang
semuanya itu ditentukan oleh sejumlah dan bermacam-macamnya kognisi-kognisi
yang berbeda dan yang menghasilkan sistem kognisi tertentu.
b. Harta milik kedua dari struktur kognitif adalah kesatuannya suatu sistem
atau consonance.
3.
Fungsi kognitif
a.
Memberikan pengertian pada kognitif baru
b.
Menghasilkan emosi atau konsekuensi yang
menunjukkan sikap
c.
Membentuk sikap
d.
Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku
Pendekatan kognitif menekankan pada mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran atau
persepsi individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting daripada
lingkungan itu sendiri. Pendekatan kognitif ditimbulkan oleh ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada
struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan penguatan
(Reinforcement)
Pendekatan
penguatan (Reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku
manusia yang dianggap sebagai suatu sumber stimulus yang dapat menghasilkan dan
memperkuat respon-respon perilaku. Perilaku ditentukan oleh stimulus lingkungan
baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perliku. Konsepsi
penguatan menjelaskan bahwa sesuatu yang terjadi untuk mengubah perilaku
seseorang. Adapun respon adalah setiap perubahan dalam perilaku individu. Dalam
pendekatan penguatan ini, suatu respon terjadi karena adanya suatu stimulus.
Dengan semikian suatu stimulus selalu menghasilkan suatu respon. Contoh
sesorang yang menginginkan jabatan, lalu stimulus ynag berupa jabatan itu
datang padanya, maka jabatan tersebut akan mampu mengubah perilakunya yang
berupa perubahan positif maupun negatif.
Pendekatan
psikoanalitis
pendekatan ini menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh
personalitasnya atau kepribadiannya. Kepribadian diartikan sebagai sistem yang
dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku. Kepribadian terdiri dari tiga
subsistem yaitu Id, Ego, dan Supergo.
B.
Saran
Dalam
makalah ini, pasti banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, maka
dari itu, kami membutuhkan kritik maupun saran dari pembaca maupun dosen
pengampu
DAFTAR RUJUKAN
1.
Thoha,
Miftah. Perilaku Organisasi, Konsep
Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).
2.
Winardi,
J. Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Kencana, 2004).
3.
Winardi,
J. Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2011).
[1]J. Winardi, Motivasi
& Pemotivasian Dalam Manajemen (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011),
hlm.32.
[2]Miftah Thoha, Perilaku
Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm.34.
[3]Ibid, hlm. 47.
[4]J. Winardi, Manajemen
Perilaku Organisasi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.211.
[5]Miftah Thoha,
hlm.53-54.
[6]Miftah Thoha,
hlm. 58.
[7]Miftah Thoha,hlm.67.
No comments:
Post a Comment