BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam
keseharian dan merupakan ciri utama dari kita sebagai manusia ciptaan tuhan
yang dianughrahi akal pikiran yang mebedakan manuisia dengan ciptaan tuhan.
Berfikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar
berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir
alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari. Berfikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu. Harus didasri bahwa
setiap orang mempunayi kebutuha untuk berfikir serta menggunakan akalnya
semaksimal mungkin. Seorang yang tidak berfikir, bearda sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan.
Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuamn penciptaan alam, dan arti
keberadaannya dinia. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakikatnya merupakan pengumplan fakta untuk
mendukung atau menolak hpotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang
baik hharus didukung oleh penguasaan sarana berfikir denagn baik pula.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis penalaran bahasa ?
2. Bagaimana analisis penalaran matematika ?
3. Bagimana analisis penalaran statistik ?
4. Bagaimana analisis penalaran logika ?
C. Tujuan Masalah
1. Unuk mengetahui bagaimana analisis
penalaran bahasa
2. Untuk mengetahui bagaimna analisis
penalaran matematika
3. Untuk mengetahui bagaimana analaisis
penalaran statistik
4. Untuk mengatahui bagaimana analisis
penalaran logika
BAB II
PEMBAHASAN
SARANA
BERFIKIR ILMIAH
A. Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan
suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut
membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal
yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar
manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Seseorang tidak dapat melakukan
kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur. Dengan kemampuan kebahasaan
akan tebentang luas cakrawala berpikir seseorang da tiada batas dunia baginya.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan
uraiannya tentang pengertian bahasa. Sudah barang tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannya.
Bloch and Trager mengatakan bahwa a
language is a system of arbitrary vocal symbols by means of wich a social group
cooperates(bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).[1]
Batasan diatas memerlukan sedikit
penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti
setiap unsur yang terdapat didalamnya:
1) Simbol-simbol
Simbol atau lambag
memperoleh fungsi khususnya dari mufakat kelompok atau konvensi sosial, dan
tidak mempunyai efek apapun bagi setiap orag yang tidak mengenal konsensus atau
konvensi tersebut.
2) Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang
membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang
urutan-urutan bunyinya duhasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat
tubuh dengan sistem pernapasan.
3) Simbol-simbol vokal arbiter
Istilah arbiter di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu
ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang
dikandungnya. Hal ini lebih jelas bagi orang mengetahui lebih dari satu bahasa.
4) Suatu sistem yang berstruktur dari
arbitrer. Dalam beberapa bahasa bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai diawal
kata, yang lainnya tidak dapat dipakai atau menduduki posisi diakhir kata.
5) Yang dipergunakan oleh para anggota
sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul saru sama lain dalam artian hubungan
antara bahasa dan masyarakat.
1. FUNGSI BAHASA
Beberapa
pakar berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan
psikologstik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk meyampaikan pikiran,
perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolonistik berpendapat bahwa fungsi
bahasa adalah saran untuk perubahan masyarakat.
Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai berikut:
1) Kordinator kegiatan-kegiatan masyarakat
2) Penetapan dan pemikiran pengungkapan
3) Penyampaian pikiran dan perasaan
4) Penyenangan jiwa
5) Pengurangan kegoncangan jiwa
2. BAHASA SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH
Berbicara
masalah ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah,
gunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Hal
tersebut dikaitkan dengan berpikir ilmiah
sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan
materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Bahasa
sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika
induktif maupun deduktif. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang
salah juga. Fungsi bahasa itu sendiri adalah sebagai saran berpikir.
3. BAHASA ILMIAH DAN BAHASA AGAMA
Bahasa
ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu dituntut secara
deskriptif sehingga memungkinkan pembaca(orang lain) unuk ikut menafsirkan dan
mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan gaya
deskriptif juga menggunakan gaya perspektif, yakni struktur makna yang
dikandung selalu bersifat imperatif dan persuasf dimana pengarang menghendaki
si pembaca mengikuti pesan pengarang sebagaimana terformulasikan dalam teks.
Bahasa
agama dengan pengertian pertama yang berasal dari tuhan tidaklah selalu tidak
baik, dimana dia maha bijak dalam memilih dan memilih ungkapan dengan tepat dan
sesuai dengan ruang, waktu dan objek yang dituju.
Dengan
demikian , tampaklah kelebihan dan kekurangan antara bahasa ilmiah yang
digunakan manusia dalam kegiatan ilmiahnya dengan bahasa agama yang dipesankan
Tuhan kepada manusia untuk menyampaikannya.
B. Matematika
Ilmu-ilmu pengetahuan semuanya sudah
menggunakan matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun
statistik.
Berhubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan tentu saja tidak lepas dari
usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini akan dibahas
tentang matematika sebagai sarana berpikir deduktif, dan matematika untuk ilmu
alam dan ilmu sosial.
Sarana berpikir ini pada dasarnya
merupakan alat yang mebantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tentu pula.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berua bahasa, logika, matematika, dan
statistika.
1. MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA
Matematika adalah
bahasa yang melambangkan seragkaian makna dari serangkaian pernyataan yang
ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu makna
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
2. MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR
DEDUKTIF
Matematika merupakan
ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah
yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat
didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas
deduksi-deduksi(penjabaran-penjabaran).
Cara berpikir yang
dilakukan diatas adalah deduksi. Dalam semua pemikiran deduktif, maka
kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang
mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi.
Dalam penalaran
deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah sistem silogisme, dan
bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang
sempurna.
3. MATEMATIKA UNTUK ILMU ALAM DAN ILMU
SOSIAL
Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi
matematika dalam perkembaangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain
seperti bahasa, metode, dan lainnya. Berbeda dengan ilmu sosial yang nelaahan
yang kompleks dan memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam
melakukan pengamatan, disamping objek penelaahan yang tak berlang maka
kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
C. Statistik
1. PENGERTIAN STATISTIK
Secara etimologi, kata
”statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan
arti dengan kata state (bahasa inggris),
yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata
“statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik berwujud
angka maupun yang tidak berwujud angka yang mempunyai arti penting dan kegunaan
yang besar bagi
Dalam kamus ilmiah
populer, kata statistik berasal dari tabel, grafik, daftar informasi,
angka-angka informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis,
dan klasifikasi data, angka seabagai dasar untuk induksi.
Jadi statistika merupakan
sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang
tidak menentu.
2. TUJUAN PENGUMPULAN DATA STATISTIK
Tujuan kegiatan praktis
dan kegiatan keilmuan. Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang
hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.
3. STATISTIKA DAN CARA BERPIKIR INDUKTIF
Ilmu secara dapat di
definisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua
pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji baik
dengan jalan memperguakan pancaindra, maupun dengan alat-alat yang membantu
pancaindra tersebut
Kesimpulan yang ditarik
dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang dipergunakannya
kan kesimpulannya adalah sah. dalam penalaran induktif meskipun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan adalah sah, kesimpulan itu
belum tentu benar. Langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan keilmuan yang
dapat dirinci sebagai berikut:
a. Observasi
b. Hipotesis
c. Ramalan
d. Pegujian kebenaran
D. Logika
Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir, seperti setengah tidak boleh
lebih besar daripada satu.
Tidak
hanya de facto, menurut kenyataanya
kita sering berpikir, secara de jure.
Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan
macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran
diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati sehingga kini belim
seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum tertentu.
ATURAN CARA BERPIKIR
YANG BENAR
a. Mencintai kebenaran
b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang
sedang anda kerjakan
c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang
sedang anda katakan
d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan
pembagian (klasifikasi) yang semestinya
e. Cintailah definisi yang tepat
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda
menyimpulkan begini atau begitu
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan degan
segala usaha dengan segala usaha dan tenaga , serta sangguplah mengenali jenis,
macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran(penalaran).[2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika
dia dapat berfikir secara logis dan empiris.logis adaah masuk akal, kesimpulan
dari makalah ini yaitu dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan
fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akala budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya.
2. Sarana berfikir ilmiah ialah alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkat yang harus dapat melaksakan
kegiatan ilmiah yang baik.
3. Sarana yang digunakan dalam berfikir
ilmiah yaitu bahsa, matematika, statistik, dan logika
B. Saran
Saran
dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literatur lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca
dapat mudah memahami
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar
Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta,PT Raja
Grafindo Persada:2004
[1] Amsal bakhtiar, filsafat ilmu, jakarta, pt rajagrafindo
persada,2004.Hlm 175
[2]Ibid.
No comments:
Post a Comment