Rutland mengemukakan
bahwa karakter berasal dari akar bahasa latin yang berarti “ dipahat”. Sebuah
kehidupan, seperti sebuah blok granit yang
dengan hati-hati di pahat ataupun
di pukul secara sembarangan yang pada akhirmya akan menjadi sebuah maha karya
atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai
yang di pahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang
sebenarnya.tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik, tidak ada susunan
dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi suatu seni yang
bertahan lama. Hanya karakter yang dapat melakukannya.dalam kamus psikologi,
karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relatif tetap.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi karakter?
2. Bagaimana cara
mengakomodir Karakter dan Metodenya (Saran dan Kritik)?
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi karakter
2. Mengetahui mengakomodir karakter dan
metodenya (saran dan kritik)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Karakter
Rutland mengemukakan
bahwa karakter berasal dari akar bahasa latin yang berarti “ dipahat”. Sebuah
kehidupan, seperti sebuah blok granit yang
dengan hati-hati di pahat ataupun
di pukul secara sembarangan yang pada akhirmya akan menjadi sebuah maha karya
atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai
yang di pahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang
sebenarnya.tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik, tidak ada susunan
dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi suatu seni yang
bertahan lama. Hanya karakter yang dapat melakukannya.dalam kamus psikologi,
karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relatif tetap.[1]
Secara harfiah,
karakter artinya “kualitas mental moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”.
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
watak. Berkarakter artinya, mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa
1997: 281).
Hermawan Kartajaya
juga mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu
benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin” yang mendorong
bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu. Ciri
khas inipun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut, dan menentukan
suka atau tidak sukanya mereka terhadap sang individu. Karakter memungkinkan
perusahaan atau individu untuk encapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena
karakter memberikan konsistensi, integritas, dan energi. Orang yang memiliki
karakter yang kuat, akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Disisi lain,
mereka yang karakternya mudah goyah, akan lebih lambat untuk bergerak dan tidak
dapat menarik orang lain untuk bekerja sama dengannya.[2]
Dalam literatur
yang lain, ada pula yang berpendapat: menurut Rizal (2010), ia berpendapat
bahwa karakter seseorang itu pada dasarnya sulit diubah. Namun demikian,
lingkungan dapat menguatkan atau memperlemah karakter tersebut. Senada dengan
Rizal, Tarnaya dan Rinaldi (2010), mengemukakan bahwa karakter itu terbentuk
dari proses meniru, yaitu melalui proses melihat, mendengar dan mengikuti. Maka
karakter sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter pada dasarnya sulit untuk dirubah,
namun kondisi lingkungan di sekitar dapat dirancang sedemikian rupa, sehingga
bisa menguatkan atau memperlemah karakter, karakter baik bisa diperkuat
sementara karakter buruk bisa diperlemah.[3]
Dari beberapa
definisi karakter yang telah di uraikan, memang terdapat perbedaan sudut
pandang sehingga menyebabkan perbedaaan definisinya pula. Kendati demikian,
jika dilihat esensi dari berbagai definisi tersebut terdapat kesamaan bahwa
karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan
orang tersebut disifati.
Setiap individu
memiliki karakter yang berbeda, ada saat mereka menyamaterakatan karakter
tersebut, ada pula yang berlawanan arah. Setiap individu memiliki ciri dan
sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karak-teristik bawaan marupakan
karakteristik ketiurunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan,
kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan; merupakan dua
faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi
kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya
sendiri-sendiri. Namu kemudian makin disadari bahwa apa yang dirasakan oleh
seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa
yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Namun setiap
individu tidak selamanya akan memiliki sifat, sikap dan karakter yang sama dan
itu adalah fitrah sang kuasa. Dalam perkembangan individu di kenal ada dua
faktor yang menonjol, yaitu (a) semua manusia memiliki unsur-unsur kesamaan di
dalam pola perkembangannya dan (b) di dalam pola yang bersifat umum dari apa
yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu
mempunyai kecendrungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan
lebih banyak bersifat kuantitatif dan
bukan kualitatif. Sejauh mana individu
berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau
kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.[4]
Namun istilah
karakter ini sering disamakan dengan kata kepribadian. Itulah ilmu yang
mempelajari kepribadian juga disebut dengan karakterologi (ilmu watak),
pemakaian istilah karakter dan kepribadian, dimana karakter hanya mengenai
beberapa fase khusus dari kepribadian, sedangkan kepribadian adalah keseluruhan
sifat dan seluruh fase dari pribadi manusia.
Sehubungan
dengan karakterologi, maka karakter dapat di artikan sebagai suatu keadaan jiwa
yang nampak dalam tingkah laku dan perbuatan sebagai akibat pengaruh pembawaan
dan lingkungan. Dengan perkataan lain, karakter tergantung pada kekuatan dari
dalam (indogen) dan kekuatan dari luar (eksogen). Jadi pembawaan dan lingkungan
dapat mempengaruhi karakter individu, atau dapat dikatakan bahwa karakter dapat
di ubah dan dididik. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah
berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang di kehendaki masyarakat serta di
gunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.[5]
B.
Mengakomodir Karakter dan Metodenya (Saran dan Kritik).
Disekolah
ataupun dalam sebuah organisasi, terdapat sejumlah orang yang bekerja pada
posisi dan peran masing-masing. Untuk majunya sebuah lembaga atau organisasi
dan juga sebuah hubungan diperlukan adanya hubungan yang baik antara seorang
pemimpin, manajer, atau kepala sekolah dengan bawahan-bawahannya sehingga
menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien, dan
produktif.[6] Yang mana dalam hal ini, diantara hubungan
keduanya harus ada pengakomodiran karakter, memahami, melengkapi dan mengerti
antara watak atau karakter yang satu dengan yang lainnya. Beberapa sifat-sifat
umum yang dimilki oleh manusia diantanya adalah sebagai berikut:
1.
Sifat Melankolis
Makna
Melankolis bisa diantartikan sebagai persaan atau sifat sedih, tapi yang lebih
familiar disebut dengan kata melow atau galau. Melankolis berasal dari kata Melanchole
(bahasa Yunani) yang mempunyai arti empedu hitam. Kebanyakan orang
menyebutkan kalau melankolis itu cemen, karena mereka cenderung memiliki
perasaan yang sering melow. Padahal, orang melankolis itu adalah orang yang
luar biasa. Para melankolis juga seorang pengamat dan pendengar yang baik.
Walaupun mereka cenderung pendiam bukan berarti mereka acuh terhadap lingkungan
disekitarnya. Jadi, tidak selamanya seorang yang memiliki sifat melankolis ini
adalah seseorang yang ternilai negatif. Sebab pada hakikatnya, seorang yang
melankolis ini adalah seorang yang juga mempunyai sikap pemerhati. Para
melankolis biasanya juga perhatian terhadap orang-orang yang ada
disekelilingnya. Namun, perhatiannya sering disalah tafsirkan oleh orang lain,
karena seorang yang melankolis ini terpandang pendiam.
Dalam hal ini
sangat penting seorang manajer atau pemimpin mempunyai pendekatatan-pendekatan
dalam menghadapi seorang bawahan atau staf-staf yang mempunyai sifat melankolis
tersebut.
Pendekatan yang
tepat untuk menaklukkan manusia yang memiliki sifat melankolis ini yaitu Manusia
yang mempunyai sifat melankolis membutuhkan dukungan moral untuk hampir semua
keputusan penting yang akan mereka ambil. Tidak sulit untuk memenangkan
pertemanan mereka, karena yang mereka butuhkan hanyalah teman yang bisa terus
ada disaat mereka sedang membutuhkan dukungan moral (yang sangat sering bila
dibandingkan dengan orang lain).
Ø Kelebihan:
a.
Analisis, kreatif, penuh pikiran dan ide-ide
b.
Pemikir, romantis, dan sensitif.
c.
Tipe karakter ini adalah artistik dan musikal
d.
Senang membuat perincian, hemat, teratur, dan tertib.
Ø Kekurangan:
a.
Mudah murung dan tertekan karena cenderung melihat masalah dari
sisi negatifnya.
b.
Tipe melankolis adalah seorang yang cukup pendendam dan suka
mengingat kenegatifan.
c.
Mempunyai rasa curiga yang berlebihan dan tertekan pada situasi
yang tidak sempurna.
d.
Mempunyai standar yang tinggi, sulit untuk dibuat senang, dan
bersosialisasi.
2.
Sifat Plegmatis
Sesosok orang
yang bersifat Plekmatis dijuluki seorang pencinta keadamaian atau seseorang
yang selalu tenang cukup diam dan tertutup. Namun plekmatis tidak menuntut
lambat dan kalem. Orang yang bersifat plekmatis ini adalah teman yang
menyenangkan, mereka mempunyai bakat diplomat dan disukai oleh anak-anak. Tipe
ini juga cukup mempunyai daya humor dan tidak sulit mengatakan maaf apabila
melakukan kesalahan.
Ø Kelebihan dari
seorang yang mempunyai sifat plekmatis antara lain adalah:
a.
Orang plekmatis cenderung santai, tenang dan mudah beradaptasi.
b.
Bijaksana,tidak banyak bicara, simpatik dan baik hati.
c.
Mereka penengah masalah yang baik dan pendengar yang setia.
d.
Mudah rukun, senang mengawasi, peduli, dan cenderung berusaha
menemukan cara yang mudah.
e.
Mereka hebat dibidang administrasi, dan ingin segala sesuatunya
berjalan dengan terencana dan terorganisasi. Suka damai dan mudah untuk diajak
rukun.
Ø Kekurangan dari
seorang yang mempunyai sifat plekmatis, walaupun mempunyai kelebihan plekmatis
juga mempunyai kekurangan.
a.
Mereka cenderung kurang antusias terhadap hal-hal baru dan kurang
berorientasi pada tujuan.
b.
Orang dengan sifat plegmatis biasanya, terlalu pemalu, pendiam dan
sulit memotivasi diri.
c.
Kadar humornya terlalu kering dan terkesan mengejek.
d.
Mereka lebih suka menghindari konflik dan tanggung jawab.
e.
Cepat menyerah bila dalam keadaan sulit.
Dalam hal ini
pendekatan yang baik dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin adalah: kepribadian plegmatis tidak menyukai
kepribadian orang lain yang sama pasifnya dengan mereka. Karena mereka lebih
senang dipimpin dari pada memimpin, yang
mereka butuhkan adalah orang-orang yang lebih bisa mendominasi mereka (dengan
kadar yang wajar tentunya). Seorang pemimpin mempunyai cara atau pendekatan
dengan hal yang tak perlu membuang tenaga untuk memenangkan hati bawahan yang
memiliki sifat plegmatis. Karena mereka lebih senang mendengarkan dan
memberikan nasihat.
3.
Sifat Sanguinis.
Seseorang yang
memiliki sifat kangoenis ini sering dijuluki yang terpopuler atau terkenal. Orang yang mempunyai sifat
kangoinis ini, sangat terbuka bahkan karena keterbukaannya tipe ini juga bisa
disebut super duper terbuka. Tipe ini adalah tipe orang yang banyak bicara,
banyak teman dan suka bergaul. Mereka lebih suka menikmati hari ini dari pada
memikirkan hari esok, tipe ini juga bukanlah pemikir berat. Mereka lebih
mengedepankan keputusan secara emosional dari pada hal yang rasional.
Ø Kelebihannya:
a.
Tipe ini cukup antusias, ekspresif, dan penuh dengan rasa ingin
tahu.
b.
Mudah berubah, dalam artian banyak kegiatan atau keinginan, cekatan
dalam mengambil inisiatif dan menyukai hal-hal yang spontan.
c.
Mampu menginspirasi orang lain.
Ø Kekurangannya:
a.
Tipe ini kurang bisa fokus dan konsisten, juga pelupa.
b.
Sangat mudah ikut-ikutan atau sering dikendalikan oleh keadaan.
c.
Cukup egois dan ia bukanlah pendengar yang baik.
d.
Lebih banyak bicara dari pada bekerja.
Pendekatan atau cara yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam menghadapi seorang yang bersifat sangoinis, mendekatkan diri pada hal
yang menjadi kelemahan dirinya. Ialah memuji dan menyanjungnya atas hasil
kerjanya atau apapun yang ada pada mereka(yang bersifat singoinis), jika
seorang pemimpin memberikan penghargaan yang tulus pada mereka walaupun dalam
bentuk kecil sekalipun itu hanya tertawa pada saat mereka bergurau atau sekedar
menjadi pendengar yang baik, seorang
pemimpin akan memenangkan hati mereka.
4.
Sifat Koleris
Sifat ini
dikenal dengan sikuat, merupakan karakter yang mampu memotivasi orang dan
pekerja keras. Mereka adalah seorang yang super aktif , ambisius, keras dan
berpendidikan keras. Koleris merupakan seorang yang memiliki disiplin kerja
yang tinggi kadang mereka mendapat repotasi dengan memperalat orang lain.
Ø Kelebihan:
a.
Berani, sistematis, mempunyai strategi dan berani mengambil resiko.
b.
Bergerak cepat dan mampu menghadapi tantangan.
c.
Suka tantangan dan mau memimpin dan mengorganisir.
d.
Tidak begitu perlu dengan teman, fokus pada produktifitas yang
bagus.
Ø Kekurangan:
a.
Tidak bisa sabar, cepat marah, dan menyukai kontrofersi atau
pertengkaran.
b.
Tipe ini mudah panik dan selalu menggampangkan.
c.
Mereka bukanlah orang yang bisa di ajak untuk bersantai.
e.
Jika mereka salah akan sulit untuk mengakui kesalahan yang ia
perbuat, serta sulit meminta maaf.
Seorang
pemimpin dalam menghadapi seorang bawahan yang mempunyai sifat koleris , yang
mana seorang koleris ini tidak suka dikritik, dan maunya hanya mengkritik, inti
sebuah perdebatan bagi mereka adalah kemenangan bukan kebenaran. Jadi ialah,
jika seorang pemimpin terlibat dalam sebuah perdebatan dengan manusia yang
mempunyai sifat koleris ini, maka seorang pemimpin tidak boleh mengkritik
pendapat mereka. Jika semisal seorang pemimpin tidak setuju, maka langkah yang
baik adalah mengungkapkan pendapat sendiri dan tidak perlu mematahkan
argumentasi mereka. Intinya seorang pemimpin dalam menghadapi seorang koleris
ini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memposisikan dirinya menjadi
seorang yang netral.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Secara harfiah,
karakter artinya “kualitas mental moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Menurut
kamus lengkap bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya, mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa 1997: 281).
Setiap karakter
memerlukan pendekatan yang berbeda-beda seperti Melankolis Kebanyakan orang
menyebutkan kalau melankolis itu cemen, karena mereka cenderung memiliki
perasaan yang sering melow. Padahal, orang melankolis itu adalah orang yang
luar biasa. Para melankolis juga seorang pengamat dan pendengar yang baik.
Walaupun mereka cenderung pendiam bukan berarti mereka acuh terhadap lingkungan
disekitarnya. Dan pendekatannya adalah sebagai berikut Pendekatan yang tepat
untuk menaklukkan manusia yang memiliki sifat melankolis ini yaitu manusia yang
mempunyai sifat melankolis membutuhkan dukungan moral untuk hampir semua
keputusan penting yang akan mereka ambil. Tidak sulit untuk memenangkan
pertemanan mereka, karena yang mereka butuhkan hanyalah teman yang bisa terus
ada disaat mereka sedang membutuhkan dukungan moral (yang sangat sering bila
dibandingkan dengan orang lain).
B.
Saran
Penulis mengharapkan kepada pembaca
untuk dapat memahami isi dari tulisan kami yang berjudul pendekatan situasi
konflik, dan penulis juga mengharapkan
kepada pembaca untuk dapat mengambil manfaat dari tulisan kami ini. Penulis
juga menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini salah satunya adalah
kurangnya referensi yang relevan dengan judul maklah kami dan juga pembahasan
yang masih bertele-tele dan mungkin akan sulit untuk dipahami. Dan diharapkan
untuk penulis lanjutan untuk dapat lebih menyempurnakan tulisan kami ini.
DAFTAR RUJUKAN
Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran
Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
H. Sunarto,dkk. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2013.
Hidayatullah, M. Furqan. Pendidikan Karakter, Kadipiro
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Mulyasa. Menejemen
dan Kepemimpinan Kepala SekolaH. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.
Zuriyah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
[1] Barnawi dan M.
Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. (
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 20
[2] M. Furqan
Hidayatullah, Pendidikan Karakter, (Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka,
2010), hlm. 14-15
[3] Agus Wibowo, Pendidikan
Karakter di Perguruan Tinggi. ( Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm.
24-27
[4] H. Sunarto,dk.
Perkembangan Peserta Didik. ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 4-6
[5] Nurul Zuriyah,
Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubaha. (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 19.
[6] Mulyasa, Menejemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,(Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 46
No comments:
Post a Comment