Hai sahabat pembaca! kali ini Membangun Indonesia Melalui Pendidikan aka share makalah tentang Hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia. jadi, bagi yang membutuhkan silahkan send me email. semoga makalah ini bermanfaat buat kalian semua. happy reading!
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa
merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia
terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk
menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.
Di
Era globalisasi ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa
yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar
bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
(Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa
Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional
sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya
mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap
menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang
kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam
mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya
sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku
dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita
di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan
hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah Bahasa Indonesia?
2.
Bagaimana
perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia?
3.
Bagaimana
hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui sejarah Bahasa Indonesia
2.
Untuk
mengetahui perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia
3.
Untuk
mengetahui Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Perkembangan Bangsa Indonesia
Bahasa
Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Bahasa Melayu dipakai oleh sebagian besar
penduduk di pulau Sumatra, Bangka, Riau, Samananjung Malaka, dan sebagian
pesisir Kalimatan. Bahasa Melayu telah berabad-abad dipergunakan terbukti
dengan ditemukannya prasasti-prasasti itu antara lain:
1.
Prasasti Kedukan Bukti, bertanda tahun 683 M.
2.
Prasasti Logis, bertanda tahun 692 M ditemukan di Bangka.
3.
Prasasti Karang Birahi,bertanda tahun 692 M ditemukan di Jambi.
Sebelum
masa penjajahan Belanda di Indonesia dan sebelum menjadi bahasa Indonesia, Bahasa
Melayu sudah menyebar ke seluruh Nusantara sebagai bahasa para pedagang atau
bahasa perhubungan antar suku (lingua franca).
Bahasa
Melayu pada masa penjajahan mempunyai mempunyai peranan penting, baik dalam
pendidikan maupun dalam politik. Pemerintah Belanda selain mendirikan sekolah
dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu. Sejak tahun 1900 mulai
terbit surat kabar berbahasa Melayu, dan perkembangan Bahasa Melayu pun
bertambah maju. Pada tahun 1981 pemerintah Belanda mendirikan taman bacaan
rakyat, dengan tujuan mengumpulkan dan menerbitkan bacaan dalam bahasa Melayu.
Pada tahun 1917 taman bacaan ini diubah namanya menjadi balai pustaka. Dalam
bidang politik pun Bahasa Melayu mempunyai peranan penting. Budi Ciltano yang
berdiri pada tahun 1908 menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Kongres
pemuda Indonesia I tahun 1926 bertujuan menyatukan berbagai organisasi pemuda
yang ada pada waktu itu. Pada kongres itu, Mohammad Yamin dalam pedatonya menyatakan
kenyakinannya bahwa Bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa persatuan Bangsa
Indonesia. Pada tahun 1926 itu juga, Yong Java, organisasi pemuda terbesar pada
waktu itu, menyatakan menerima Bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan dalam
musyawarah-musyawarahnya. Dalam kongtes pemuda Indonesia II, Yong Sumatera
memutuskan memakai Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Penduduk yang
menggunakan bahasa atau tidak secara serempak, memerlukan alat perhubungan yang
memungkinkan semua warga masyrakat satuan politik itu bergaul dan bekerja sama.
Arus Nasionalisme dan terbentuknya negara kebangsaan yang baru, menimbulkan aspirasi
pemilikan Bahasa Nasional sebagai lambang kesatuan bangsa yang dapat
mengukuhkan rasa kesetiaan politis. Pemerintah yang hendak berjalan dengan baik
memerlukan bahasa resmi kenegaraan yang dapat dipakai oleh pemerintah itu dalam
komunikasinya dengan rakyat dan oleh sesama warga negara yang menjadi anggota
jaringan kebahasaan yang lebih luas. Komunikasi akan lebih lancar jika ada
kesamaan bahasa sampai tingkat tertentu.
Pada
bulan Juni tahun 1938 diadakan kongres Bahasa Indnesia I dan menyederhanakan
ejaan Ch.A.Van Ophoysen, sebagaimana yang diungkapkan ki Hajar Dewantara :
"Jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe Bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknya berasal dari 'melajoe riau' akan tetapi jang soedah
ditambah, dioebah atau dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe,
hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia,
pembaharoean bahasa malajoe hingga menjadi Bahasa Indonesia itoe haroes
dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia".
Dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustur 1945, Bahasa Indonesia
menjadi bahasa negara, sekaligus menjadi bahasa persatuan, bahasa resmi dan
bahasa pengantar di Sekolah-sekolah seperti tercantum dalam UUD'45 Bab XV pasal
36. Dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264 / Bhg.A, Menteri
Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan pada waktu itu, Mr. Soewandi menetapkan,
menyederhanakan ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan baru tersebut disebut Ejaan
Suwandi atau Ejaan Republik. Kongres Bahasa Indonesia II Tahun 1954, di Medan
bertujuan menyempurnakan tata bahasa dan ejaan Bahasa Indonesia. Isi kongres Bahasa
Indonesia II tersebut adalah :
"……………bahwa
asal Bahasa Indonesia ialah Bahasa Melaju, dasar Bahasa Indonesian adalah
Bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam masyarakat
Indonesia". Pada tangga 17 Agustus 1972 ditetapkan berlakunya Ejaan yang
disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
20 Mei 1972, No. 031/A.1/72 dan dinyatakan resmi dipergunakan mulai tanggal 17
Agustus 1972 dengan surat Keputusan Presiden No. 52 tahun 1972.
Akhirnya,
pada tanggal 28 Oktober 1978 diadakan kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta
yang bertujuan memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya
dengan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing. Pada waktu itu semua organisasi pemuda
daerah memutuskan untuk bergabung dalam satu persatuan umum seluruh Indonesia
dengan Ikrar bersama yang terkenal dengan sumpah pemuda, yaitu :
Kini,
53 tahun setelah sumpah pemuda diikrarkan atau 36 tahun setelah UUD 1945
menetapkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara. Pemakaian bahasa Indonesia
makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.[1]
Jadi,
keadaan kebahasaan di Indonesia saat ini. Pertama, ditandai dengan adanya
sebuah Bahasa Nasional yang sekaligus juga menjadi Bahasa Negara, yaitu Bahasa
Indonesia. Kedua, adanya ratusan Bahasa Daerah. Ketiga, masalah yang dihadapi
adalah berkenaan dengan status sosial, politik, penggunaannya. Maka perlu
pembinaan, pengembangan, dan pengajar.
B.
Perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia
Pada
dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, Bahasa
Melayu dipakai sebagai bahasa perhubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara
dan dari luar Nusantara.
Bahasa
Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan.
Perkembangan
Bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan rasa persatuan Bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan untuk seluruh Bangsa
Indonesia.[2]
Jadi,
ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa
Indonesia yaitu: Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan. Sistem Bahasa Melayu sederhana,
mudah dipelajari karena dalam Bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa
(bahasa kasar dan bahasa halus). Suku jawa, Suku Sunda dan suku suku yang
lainnya dengan sukarela menerima Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa nasional. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
C.
Hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia
Ketika
orang-orang Barat sampai ke Indonesia abad XVI mereka menemukan suatu kenyataan
bahwa Bahasa Melayu merupakan bahasa yang dipakai dalam kehidupan yang luas Bangsa
Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan, misalnya seorang
Portugis bernama Pigefetta, setelah mengunjungi Tidore, menyusun semacam daftar
kata Bahasa Melayu pada tahun 1522. Jan Huvgenvan Linschoten, menulis buku yang
berjudul “Itinerarium Ofte Schipvaert Naer Oost Portugels Indiens.”
Dikatakan
bahwa Bahasa Melayu itu bukan saja sangat harum namanya, tetapi juga merupakan
bahasa Negeri Timur yang dihormati. Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda
yang datang ke Nusantara mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur dalam
soal bahasa pengantar.
Kegagalan
dalam mempergunakan/menyebarkan bahasa-bahasa barat itu, memuncak dengan keluarnya
keputusan pemerintah Colonial, KB 1871 No. 104, yang menyatakan bahwa
pengajaran di Sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam Bahasa Daerah atau Bahasa
Melayu.
Perlu
kita ketahui pula, bahwa pada waktu itu Bahasa Melayu terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Melayu
tinggi yaitu Bahasa Melayu sebagaimana dipakai dalam kitab sejarah Melayu.
2. Melayu
rendah yaitu Bahasa Melayu pasar atau pula Bahasa Melayu campuran.
3. Melayu daerah yaitu Bahasa Melayu
yang dipengaruhi oleh dialek-dialek tertentu.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di bab
sebelumnya kami dapat mengambil kesimpulan bahwa Bahasa Indonesia berasal dari
Bahasa Melayu yang sudah diubah, ditambah atau dikurangi menurut keperluan
zaman dan alam baru sehingga bahasa itu mudah dipakai oleh rakyat Indonesia.
Sebagaimana yang telah tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan dalam UUD
1945 Pasal 36. Perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia melalui
beberapa tahap/peristiwa.
Bahasa Melayu adalah bukti
eksistensi peradaban dunia. Sebagai varian sosial dan varian regional, hal yang
harus diperhatikan adalah Bahasa Indonesia dan bahasa lain digunakan untuk
kelompok orang yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Selain dipengaruhi oleh
Bahasa Melayu dan Bahasa Asing, perkembangan Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh
perkembangan bangsa Indonesia dan apa yang terdapat dan terjadi di Indonesia,
begitu pula bahasa lainnya.
B.
Saran
Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan
terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa
pemersatu, Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi
penerus mampu untuk membina, mempertahankan Bahasa Indonesia ini, agar tidak
mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.
DAFTAR RUJUKAN
Paeni, Mukhlis.
Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009.
Masinambaw,
Paul Haenan. Bahasa Indonesia dan Bahasa Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2002.
Kanzunnudin,
Muhammad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Rembang: Yayasan
Adhigama, 2011.
[1]Mukhlis
Paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 75-77.
[2]Paul
Haenan Masinambaw, Bahasa Indonesia dan Bahasa Dunia (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2002), hlm. 97.
[3]
Muhammad
Kanzunnudin, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Rembang: Yayasan
Adhigama, 2011), hlm. 86.
No comments:
Post a Comment