Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Pendidikan, Karya Tulis Ilmiah,Dan lain-lain. Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Materi Pendidikan Sosial menurut agama islam yang terdapat dalam hadits

Untuk Mendapatkan File Makalah atau Artikel dibawah ini, Silahkan Klik Download! download
Dalam agama islam maupun agama yang lain pasti ada banyak aturan yang telah termaktub didalamnya khususnya tentang masalah kehidupan ini., pada postingan ini saya akan berbagi informasi tentang materi pendidikan seks yang termaktub dalam agama islam. semoga postingan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannnya. selamat membaca. 





Materi Pendidikan Sosial
1. Menjaga tali silaturrahmi dengan sesama muslim

a)      Hadits
5612 -
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَال[1]
b)      Terjemahan
Diceritakan kepada kami abdullah bin yusuf telah menghabarkan kepada kami malik dari ibnu sihab dari annas bin malik bahwa sanya rasulullah saw bersabda janganlah saling bermusuh musuhan, dan saling mendengki, dan janganlah saling mengadu domda, dan jadilah kalian hamba allah yang bersaudarah dan tidak halal bagi seorang muslim, memusuhi atau mendiamkan saudaranya, lebih dari 3 malam      
                                                                   
1925 -
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه[2]

c)      Terjemahan
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Ya'qub AL Karmaniy telah menceritakan kepada kami Hassan telah menceritakan kepada kami Yunus berkata, Muhammad, dia adalah Az Zuhriy dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezeqinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturrahim".[3]
d)     Asbabul wurud
Diriwayatkan dalam Al-Jami’ul Kabir dari Abdullah bin Ubay katanya kami pernah duduk bersama Nabi. Kemudian Nabi bersabda tidak boleh duduk bersama ku hari ini orang yang memutuskan silaturrahmi, tiba-tiba berdirilah seorang pemuda dari kerumunan orang dan tidak lama setelah itu muncul pula seorang wanita (bibinya) yang rupanya keduanya sudah lama tidak berbaikan, maka pemuda tadi meminta maaf kepadanya dan demikian pula bibinya, akhirnya keduanya kembali duduk bersama Rasullullah SAW[4]
e)      Syarahan hadits
Siapa yang melapangkan baginya rezeki hendaklah menghubungkan silaturrahmi, Muhammad bin Mu’in yaitu ibn Muhammad bin Mu’in bin Nudhlah Banun Maftuuhan Sakinah ibn Amr dan bagi Nudhlah kakeknya atas sahabatnya.
Siapa yang ingin diluaskan rezeqinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturrahim.[5]
f)       Ayat terkait
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa’ ayat 1
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ayat diatas mengajak seluruh manusia yang beriman maupun yang tidak beriman agar selalu menjaga kesatuan yaitu dengan menjaga silaturrahmi dan Allah juga melarang memutuskan hubungan silaturrahmi tersebut.karena apapun yang terjadi Allah selalu mengawasi ayat ini sebagai pendahuluan untuk mengatur lahirnya persatuan dalam masyarakat saling membantu serta saling menyayangi karena manusia berasal dari satu keturunan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.[6]
g)      Analisa kependidikan
Sesama muslim itu adalah bersaudara, jadi kita harus saling menjaga tali silaturrahmi dengan saudara kita sesama muslim. Karena kita sesama muslim diibaratkan seperti suatu bangunan yang saling mengikat, bangunan yang satu memperkuat bangunan yang lain. Jadi agar bangunan tetap kokoh maka muslim harus tetap satu dan tidak memutuskan tali silaturrahmi. Seorang pendidik harus menjaga tali silaturrahmi yang baik dengan sesama pendidik, peserta didik, orangtua, dan masyarakat sekitar, dengan demikian peserta didik bisa meneladani sikap guru tersebut.[7] .

2.   Saling membantu sesama muslim
a)       Hadits
4867 -
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ .حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَخَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ عَلَى الْمُعْسِرِ[8] 
b)                      Terjemahan
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani dan lafadh ini milik Yahya dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.' Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakannya kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdhami telah menceritakan kepada kami Abu Usamah mereka berkata; Sebagaimana di dalam hadits Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata dengan lantang, sebagaimana Hadits Abu Mu'awiyah, hanya saja di dalam Hadits Abu Usamah tidak disebutkan; memberi kemudahan kepada orang yang kesusahan.'[9]
c)      Asbabul wurud
Sepanjang penelusuran hadits pemakalah belum menemukan asbabul wurud hadits.
d)     Syarahan hadits
Tolong menolong dalam kebaikan dan saling menasehati dalam bergaul, dan pada semua itu terdapat balasan semacam ketaatan dan barang siapa yang bersumpah bahwasanya si fulan saudaranya atua menginginkan persaudaraan muslim maka janganlah melanggar sumpah.[10]
e)      Analisa kependidikan
Nilai-nilai kependidikan yang terkandung dalam hadits diatas adalah:
1)  Melepaskan berbagai kesulitan orang mukmin
2)  Melonggarkan kesusahan orang lain
3)   Menutup aib seorang mukmin serta menjaga orang lain dari berbuat dosa
4)   Allah SWT menolong hambanya selagi hamba menolong saudaranya.
C.Materi Pendidikan Intelektual
1.      Hadits
4690 -
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ[11]
2.      Terjemahan
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Al A'laa dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya: "Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab; 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.'[12]
3.      Informasi mu’jam
Untuk menelusuri hadits kedalam mu’jam, kami menggunakan kata ghayaba dan kami mendapatkan keterangan sebagai berikut
4.      Asbabul wurud
Sepanjang penelusuran hadits pemakalah belum menemukan asbabul wurud hadits.
5.      Syarahan hadits
Pada hadits di atas dijelaskan bahwa ghibah adalah membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai. Apabila benar apa yang kita bicarakan tersebut ada padanya maka itu termasuk bergunjing, dan apabila itu tidak ada terdapat padanya berarti kamu telah membuat-buat kebohongan padanya dan bisa juga dikatakan dengan fitnah.
6.      Ayat terkait
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
 Ayat diatas menyatakan Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan) yang tidak memiliki indikator memadai, tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya untuk mencari-cari kesalahan orang lain serta yang lebih luas lagi jangan mengunjing yaitu membicarakan aib saudaranya, sukakah kamu memakan bangkai saudara mu, tentu kamu akan merasa jijik oleh kaerena itu hindarilah pergujingan dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya bertaubatlah atas segala kesalahan sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyanyang.[13]
7.      Analisa kependidikan
Pendidikan akal adalah proses peningkatan kemampuan intelektual anak, ilmu alam, teknologi, dan sains modren sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmun pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khaalifanya guna me,bangun dunia sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan .Rasulullah SAW menganjurkan pada umatnya agar menggunakan akalnya dan dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan serta melarang umatnya untuk mengikuti orang lain tanpa berusaha menemukan kebenaran.[14]


[1]Maktabah Tsamilah Bukhari
[2] Maktabah Tsamilah, Shahih Bukhari, No. 1925
[3] Lidwa Pusaka i-software, Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli, BabBarangsiapa yang suka untuk dilapangkan rizkinya, no 1925
[4] Ibn Hamzah Al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, jilid 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 442
[5] Hafiz Ahmad ‘Ali bin Hajar ‘ Asqalaniy, Fathul Bahri bi Syarhi Shahih Bukhariy, juz 12, hlml. 221
[6] Quraish Shihab, tafsir al-Misbah Vol 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.397-398
[7] Aminuddin dan Abdul Rozak, Hadits-hadits tentang Tuntunan Hidup, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), hlm. 55
[8] Maktabah Tsamilah, Shahih Muslim, No. 4867

[9] Lidwa Pusaka i-software, Shahih muslim, Kitab Dzikir, Do’a, Taubat dan Istighfar, BabKeutamaan berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dan dzikir, no 4690
[10] Hafiz Ahmad ‘Ali bin Hajar ‘ Asqalaniy, Fathul Bahri bi Syarhi Shahih Bukhariy, juz 5, hlm. 382
[11] Maktabah Tsamilah, Shahih Muslim, No. 4690
[12] Lidwa Pusaka i-software, Shahih Muslim, Kitab berbuat baik menyambut silaturrahmi dan Adab, Bab Haramnya Ghibah,  no. 4690
[13] Quraish Shihab,Tafsir Al misbah Volume 12, ( Jakarta:Lentera Hati, 2002) Hlm. 609
[14] Bukhari Umar, Pendidikan Dan Perspektif Hadist (Batusangkar : Stain Press,2011),Hlm