Studi
Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan
memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Studi Islam adalah usaha untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain
secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara
mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik
ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Dalam rangka memahami islam, dapat
di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari teks-teks suci Al-Qur’an yang
merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang di kenal dengan
islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide
islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi islam tersebut, terutama masa
Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.
Studi islam secara akademis
(islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu
mulai ditawarkan studi islam di Universitas bergengsi di Amerika Serikat,
seperti Harvard University, University Of California Los Angeles (UCLA) dan
lainnya. Sekalipun studi agama secara umum masih di anggap sebagai “anak tiri”.
Studi islam saat itu tidak mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur’an, melainkan
bergerak mengkaji ketepatan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an termasuk
mengkritisi, mengembangkan, mempertanyakan faliditas, dan memperbarui
teori-teori yang di gagas oleh mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara
akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala
latar belakangnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa
studi islam?
2. Apa
urgensi dan signifikasi studi islam?
3. Bagaimana
Dinamika dan Perkembangan studi islam di negara Muslim?
1.4 Tujuan
1. Untuk
mengetahui studi islam.
2. Untuk
mengetahui urgensi studi islam
3. Untuk
mengetahui dinamika dan perkembangan studi islam di negara muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
studi islam
Studi Islam adalah usaha untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan perkataan lain
secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan memahami serta membahas secara
mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik
ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.[1]
Tujuan da motifasi study keislaman
dikalangan umat islampun tentunya sangat berbeda dengan orang-orang di luar
kalangan orang islam. Di kalangan umat islam, study keislaman bertujuan
mendalami dan memahami serta membahas ajaraan-ajaran islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamankannya dengan benar. Adapun di luar kalangan umat
islam study keislaman bertujuan mempelajari seluk beluk agama dan praktik
keagamaan yang berlaku di kalangan umat islam yang semata-mata sebagai ilmu
pengetahuin.[2]
B.
Urgensi
dan Signifikansi Studi Islam
Dalam rangka memahami islam, dapat
di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari teks-teks suci Al-Qur’an yang
merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan literer yang di kenal dengan
islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide
islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi islam tersebut, terutama masa
Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.[3]
Masalahnya kemudian adalah jika
memang benar bahwa penelitian itu bertujuan mencari kebenaran bukankah agama
islam adalah kebenaran? Memang, penelitian di lakukan untuk mencari kebenaran,
dan agama itu sendiri merupakan suatu kebenaran. Namun demikian, islam yang
telah mengalami proses dialogis dengan masyarakat, tidak dapat di hindarkan
dari munculnya keragaman aktualisasi. Keragaman itu muncul karena persoalan
ruang dan waktu. Perbedaan ruang dan waktu melahirkan perbedaan pemahaman oleh
masyarkat sesuai dengan setting yang mereka hadapi.
Dengan keberadaan Al-Qur’an yang
meliputi ide morang normatif dan di sampaikan dengan medium verbal maka studi
islam menemukan mumentum urgensi dan signifikansinya untuk selalu di lakukan
dalam frame memahami islam dengan Mastery
in Context dengan persoalan-persoalan yang di hadapi masyarakat pada
masanya masin-masing. Pentingnya di lakukan studi ekstensif terhadap ide-ide
normatif islam yang terhimpun dalam Al-Qur’an, agar di peroleh pemahaman
normatif doktrinal yang cukup terhadap sumber teks suci islam dalam rangka
menopang pemahaman yang kontekstual historis sehingga di peroleh pndangan yang
relati utuh terhadap islam denan bebagai atributnya.
Pada sisi lain untuk dapat menjelaskan
moti-motif kesejarahan dalam normatifitas islam perlu di lakukan studi terhadap
dinamika historis yang menjadi lokus implementasi ide-ide islam. Studi islam
histori ini penting di lakukan karena: pertama sebagai pembentuk pemenuhan
terhadap motifasi imperatif agama untuk meneladani Rasul. Kedua sebagai alat
untuk menafsirkan dan memahami maksud teks suci Al-Qur’an. Ketiga dalam rangka
mengetahui proses dialogis antara normatifitas islam dan nilai-nilai ril
kesajarahan yang melingkupinya dalam praksis islam di tengah masyarakat. Hal
ini karena pada tataran historis empiris agama ternyata juga syarat dengan
berbagai kepentingan sosial yang rumit untuk dipisahkan. Keempat agar
nilaiperkembanan historis tersebut dapat di gunakan sebagai pertimbangan dalam rangka
merokenstruksikan disipli-disiplin keilmuan islam untuk kepentingan masa depan.[4]
C.
Dinamika
dan Perkembangan Studi Islam di Negara Muslim
Secara etimologis studi islam
disinonimkan dengan islamic studies, dirasah islamiyah, atau islamologi.
Islamologi mengkaji islam hanya sebatas islamsebagai ilmu pengetahuan. Dalam
konteks ini islam dikaji bukan untuk dipraktikan tetapi dimotifasi oleh
tuntutan profesionalisme untuk kepentingan penelitian atau kajian keislaman.
Adapun kemudia muncul implikasi keagamaan merupakan suatu hal yang bisa
terjadi, namun bukan atas kehendak formal yang menjadi tanggung jawab studi
islam. Karna itu, dapat di pahami sejumlah pakar islamologi terutama di dunia
barat yang beragama islam.[5]
Studi islam secara akademis
(islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak 1950-an, dalam mana saat itu
mulai ditawarkan studi islam di Universitas bergengsi di Amerika Serikat,
seperti Harvard University, University Of California Los Angeles (UCLA) dan
lainnya. Sekalipun studi agama secara umum masih di anggap sebagai “anak tiri”.
Studi islam saat itu tidak mempertanyakan kesahihan teks Al-Qur’an, melainkan
bergerak mengkaji ketepatan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an termasuk
mengkritisi, mengembangkan, mempertanyakan faliditas, dan memperbarui
teori-teori yang di gagas oleh mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara
akademis adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala
latar belakangnya.[6]
Istilah islamic studyes sendiri
secara akademis mulai teristribusi secara meluas melalui penggunaan islam
sebagai sebuah spesifikasi utama jurnal profesional dan jurusan dalam
lembaga-lembaga akademik. Dalam pandangan faisal ismail, terdapat dua fariasi
untuk menempatkan islam dalam hubungannya dalam suatu kajian. Secara organisatotis,
disebagian besar universitas, isam kerap menjadi unsur dari studi kawasan (Area
Studies) seperti di Departemen Of Middle EasternStudies atau Departemen Of Near
Eastern Studies. Meskipun demikian ada juga yang menempatkan islam sebagai
kajian dalam satu departemen khusus, yaitu islamic studies.
Terlepas dari tutjuan motifasi yang
melatari di lakukannya berbagai pengkajian terhadap beragam aspek masyarakat
timur, studi islam hal yang tidak bisa di elakkan telah ikut terdorong menjadi
bagian yang perlu di kaji secara ilmiah agar mencapai pemahaman yang relatif
falid terhadap kehidupan masyarakat timur.
Studi islam sekarang ini berkembang
hampir di seluruh negara di dunia, baik di dunia islam maupun bukan negara
islam. Di dunia islam terdapat pusat-pusat studi islam, seperti Universitas
Al-Azhar di Mesir dan Universitas Umur Qura di Arab Saudi. Di teheran didirikan
Universitas teheran. Di niversitas ini studi islam di lakukan dalam satu
fakultas yang di sebut kulliyat (Fakultas Agama). Di Universitas Damaskus
(Syiria), studi islam di tampun dalam Kulliyat asy-syari’ah (Fakultas Syari’ah)
yang di dalamnya terdapat program studi usludin, tasyauf dan sejenisnya.[7]
Beberapa pusat perdaban dalam dunia
islam dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Mekkah
Al-Mukarramah
Mekkah Al-Mukarramah
merupakan kota tempat lahirnya agama islam, dimana Nabi Muhammad lahir dan
memperoleh wahyu Al-Qur’an di kota mekkah. Mekkah juga merupakan kota budaya
islam dimana kota mekkah merupakan kota untuk menuntut ilmu baik pada masa Nabi
Muhammad, Khulafaur Rasyadin maupun masa umayyah dan abbasiyah, bahkan hingga
sekarang. Di kota ini juga terdapat ka’bah di masjidil haram dan merupakan
kiblat umat islam dalam solat. Mekkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu
keagamaan khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadist dan fiqih.[8]
2. Madinah
Al-Munawarah
Madinah menjadi pusat
kebudayaan islam setelah nabi muhammad berhijrah dari mekkah ke yatsrib.
Setelah nabi hijrah ke yatsrib maka kota tersebut di jadikan pusat jema’ah kaum
muslimin. Sebagaimana kota mekkah maka kota madinah juga menjai pusat kajian
keilmuan keagamaan islam, khususnya ilmu hadis, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir
Al-Qur’an.
3. Baghdad
Baghdad didirikan pada
tahun 762 M oleh Khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah (754-755 M). Kota
baghdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan
ilmu pengetahuan dalam islam. Masa puncak kemasan kota baghdad terjadi pada
masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M).
Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan Khalifah Al-Makmun
memiliki perpustakaan yang di penuhi dengan kitab-kitab ilmu pengetahuan.
Perpustakaan tersebut bernama Perpustakaan Baitul Hikmah.[9]
Pada masa abbasiyah, di
kota baghdad juga berdiri akademi dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang
terkenal adalah perguruan An-nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul mulk (5H) dan
perguruan Al-mmustanshiriyah yang didirikan oleh khalifah Al-muntashir Billah
(abad 7H).
Dari baghdad lahir
karya-karya sastra yang indah . diantaranya adalah Alfu Lailah a lailah (1001 malam). Dari kota ini lahir para ilmuan,
ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal, diantaranya: Al-Khawarizmi (tokoh
astronomi dan matematika, penemu ilmu al-jabar), Al-kindi (filsuf arab
pertama), Al-farabi (filsuf besar), Ar-razi (filsuf,ahli fisika, dan
kedokteran), imam Al-ghazali (ilmuan dan ulama ternama), syaikh Abdul Qadir
Al-jaylani ( pendiri tarekat qadariyah), dll.
4. Kairo
(Mesir)
Kota kairo mengalami
puncak kejayaan pada masa dinasti fathimiyah, yaitu pada masa pemerintahan
shalahuddin Al-Ayyubi, pemerintahan baybars, dan pemerintahan An-Nashir pada
masa dinasti mamalik. Periode fathimiyah dimulai dengan Al-Muiz dan puncaknya
terjadi pada masa pemerintahan Al-Aziz. [10]
5. Damaskus
di Syiria
Damaskus pada zaman
sebelum islam adalah ibu kota kerajaan romawi timur di syiria. Dikota damaskus
banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang bernilai seni di samping
kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa, teratur dan indahnya dengan
jalan-jalan yang lebih merimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi
sebagai jalan dan pegairan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Di damaskus
terdapat masjid damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun oleh
Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Abuidah bin Jarrah.[11]
6. Istanbul
di Turki
Kota istanbul adalah
ibu kota kerajaan turki usmani kota ini awalnya merupakan ibu kota kerajaaan
romawi timur dengan nama Konstantinopel. Istanbul merukan pusat peradaban islam
pada masa kekuasaan turki usmani yang terpenting. Bukan saja karna keindahan
kotanya akan tetapi, juga karena dikota bekas pusat kekuasan romawi timur itu
terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban
umat islam.[12]
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Studi
Islam adalah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama
islam. Dengan perkataan lain secara sadar dan sistematis untuk mengatahui dan
memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Dalam
rangka memahami islam, dapat di lakukan melaui dua metode. Pertama mempelajari
teks-teks suci Al-Qur’an yang merupakan himpunan dari ide dan output ilmiah dan
literer yang di kenal dengan islam. Kedua mempelajari dinamika historis yang
menjadi perwujudan dari ide-ide islam, mulai dari permulaan diturunkannya misi
islam tersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.
Studi
islam secara akademis (islamologi menemukan momentum pemantapannya sejak
1950-an, dalam mana saat itu mulai ditawarkan studi islam di Universitas
bergengsi di Amerika Serikat, seperti Harvard University, University Of
California Los Angeles (UCLA) dan lainnya. Sekalipun studi agama secara umum
masih di anggap sebagai “anak tiri”. Studi islam saat itu tidak mempertanyakan
kesahihan teks Al-Qur’an, melainkan bergerak mengkaji ketepatan interpretasi
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an termasuk mengkritisi, mengembangkan,
mempertanyakan faliditas, dan memperbarui teori-teori yang di gagas oleh
mufassirin. Karena itu, yang di kaji secara akademis
adalah pemikiran ulama terdahulu dalam memahami islam dengan segala latar
belakangnya.
3.2.SARAN
Demikian
makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
yang ingin di sampaikan silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada kesalahan
mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak
luput dari salah, khilaf dan lupa.
[1] Muhaimin,dkk, Dimensi-Dimensi
studi islam (Surabaya:Abditama,1994), hlm.11.
[2] Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Study
Islam diberbagai Negara (Surabaya: Abditama, 2006), hlm.6.
[3] Edi Susanto, DimensiStudy Islam
Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm.7-8
[4] Ibid. hlm.10.
[5] Ibid. hlm.11.
[6] Ibid.hlm.13-14.
[7] Atang Abdul Hakim,op.cit,
hlm.10.
[8] Samsul Munir Amin,Sejarah
Peradaban Islam(Jakarta: Amzah,2010), hlm.282.
[9] Ibid.hlm.284-285.
[10] Ibid.hlm.286.
[11] Ibid.hlm.287.