Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Pendidikan, Karya Tulis Ilmiah,Dan lain-lain. Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Definisi Perkembangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembagan dalam Kajian Psikologi Belajar

Untuk Mendapatkan File Makalah atau Artikel dibawah ini, Silahkan Klik Download! download


BAB I
PENDAHULUAN
      A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan seorang individu untuk lebih maju. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lain-lainnya. Misalnya kita setiap hari banyak  menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Apa pandangan terhadapnya? Tentu berbeda bukan?

Fakta dalam keseharian itu yang memunculkan pertanyaan. Mengapa dia demikian? Apa penyebabnya? Para ahli yang mendalami hal ini memiliki pandangan-pandangan yang berbeda. Karena itu, terbentuk aliran-aliran atau paham tertentu tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan.

      B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa itu perkembangan?
b.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?

      C.    TUJUAN MASALAH
a.       Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
b.      Mengetahui hubungan dari faktor nature terhadap perkembangan dan nuture dalam perkembangan aspek-aspek spikofisis individu serta implikasinya dalam pendidikan sebagai refleksi dari aliran konvergensi.

  
BAB II
PEMBAHASAN
      a.      Definisi Perkembangan
Dalam usaha memahami psikologi perkembangan, kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan. Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya pertama-tama dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama.
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock 1976 : 2).  (Seifert dan Hoffnung 1994 : 9) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. Sementara itu, (Dianie E papalia 2008 : 3) mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Makna perkembangan sangatlah banyak akan tetapi tetap satu tujuan. Perkambangan ialah perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perkembangan manusia melalui tahapan yang sistematis dalam urutan tertentu yang bersifat serial.[1]
Perkembangan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a.      Perkembangan Motorik
Perkemabangan “motor development’’: suatu proses berjalan dengan bertambahnya usia – secara bertahap dan berkesinambungan. Kemampuan motorik individu dapat meningkat dari sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menjadi individu yang dapat memiliki kemampuan motorik yang kompleks, mumpuni, kapabel/ terampil.
Perkembangan motorik dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini:
1.      Kesiapan belajar.
2.      Kesempatan belajar.
3.      Kesempatan berpraktek.
4.      Model yang baik.
5.      Bimbingan.
6.      Motivasi.

b.      Perkembangan Kognitif
Kognitif berarti kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Kemampuan kognitif lebih mengarah kepada kemampuan individu untuk menggunakan akal fikirannyadalam melakukan interaksi dengan orang lain.
Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu:
1.      Fisik.
2.      Kematangan.
3.      Pengaruh sosial.
4.      Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi.

c.       Perkembangan Moral
Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangkan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Terdapat beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pembetukan moral.
1.      Harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2.      Penggambaran model-model atau figur-figur yang menjadikan anak ingin meniru.
3.      Tingkat penalaran seseorang sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak.
4.      Faktor interaksi sosial dalam memberi kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
 
Setiap individu mengalami perkembangan, yang meliputi seluruh aspek dan keadaan yang terdapat dalam individu, baik yang bersifat nyata maupun yang tidak tampak. Sumadi Surya Brata mendefinisikan perkembangan sebagai suatu perubahan kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, yang secara tekhnis perubahan itu biasanya disebut proses. Jadi pada garis besarnya perkembangan itu adalah suatu proses. Proses itu pada pokoknya mengikuti konsep yang didasarkan pada[2]

1.      Aliran Asosiasi
Aliran ini berpandangan bahwa dalam perkembangan jiwa, yang pokok adalah bagian-bagian. Bagian-bagian itu ada terlebih dahulu, sedangkan keseluruhan diketahui kemudian. Bagian-bagian itu terikat satu dengan yang lainnya menjadi satu keseluruhan menjadi asosiasi. Tokoh yang terkenal aliran ini adalah John Locke dengan teori tabularasanya. Ia menegaskan bahwa anak terlahir dengan bersih, seperti selembar kertas putih, yang nantinya terisikan dengan pangalaman-pengalaman.
2.      Aliran Gestalt
Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt analisis dan penguraian jiwa kedalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.
3.      Aliran Sosiologis
Para ahli yang mengikuti aliran sosiologis menganggap bahwa perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia pada awalnya bersifat sosial (barangkali untuk tepatnya dapat disebut prasosial) yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.[3]
Menurut Arlen F. Harder (2009), delapan tahap perkembangan berikut ini :

      1.      Fase bayi : sejak lahir sampai usia 18 bulan.
      2.      Fase usia dini :  usia 18 bulan sampai 3 tahun.
      3.      Fase bermain : umur 3-5 tahun.
      4.      Fase sekolah : umur 6-12 tahun.
      5.      Fase remaja : umur 12-18 tahun.
      6.      Fase dewasa muda : umur 18-35 tahun.
     7.      Meski harus diakui, saat ini banyak yang tidak memulai kekeluargaan sampai mereka berusia tiga puluhan.
       8.      Fase dewasa tengah : umur 35 sampai dengan 55 atau (mungkin bahkan usia 65 tahun).
       9.      Dewasa akhir : umur 55 atau 65 tahun hingga kematian.[4]

       b.      Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan didefinisikan oleh Havighurts sebagai berikut. Suatu tugas perkembangan ialah tugas yang timbul pada alam di sekitar suatu periode tertentu daripada kehidupan seseorang; kemajuan yang baik dalam tugas akan membawa kebahagiaan dan akan berhasil dalam tugas-tugas yang akan datang, sedangkan kegagalan akan membawa kekecewaan pada seseorang, penentangan dari masyarakat, dan akan menemui kesukaran dalam tugas-tugas berikutnya. Adapun sumber daripada tugas-tugas perkembangan meliputi:
1.      Kematangan jasmaniah, misalnya belajar berjalan, belajar bersikap yang pantas terhadap teman dan jenis kelamin pada masa remaja, serta penyesuaian diri pada saat menopause dimasa dewasa lanjut (untuk perempuan).
2.      Tugas-tugas yang berasal dari tekanan budaya dari masyarakat, misalnya belajar membaca dan belajar mengambil bagian di dalam masyarakat sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab.
3.      Nilai-nilai pribadi dan cita-cita seseorang, yang merupakan sebagian dari kepribadiannya.[5]

      c.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan individu, ialah faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature), faktor lingkungan (environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nurture), dan faktor waktu (time) yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation).[6]

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya:
1.      Aliran Nativisme.
Menurut Arthur Scopenheur (1788-1860) aliran ini meyakini bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh pembawaan yang diterima dari orang tuanya, sedangkan pengalaman/lingkungan tidak berpengaruh sama sekali. 
Pewarisan genetik dimulai dari pertemuan antara 24 kromosom dari pihak ayah dan 24 kromosom dari pihak ibu. Keempat puluh delapan kromosom itu bercampur dan berinteraksi membentuk pasangan-pasangan baru.
2.      Aliran Empirisme
Aliran empirisme adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Tokoh terkemuka aliran ini adalah John Lock (1632-1704). Paham utama aliran ini adalah “tabularasa” suatu istilah dari bahasa latin yang berarti lembaran kosong. Paham ini mengajarkan bahwa semua anak terlahir dalam keadaan kosong tanpa membawa bakat, intelegensi dan pembawaan. Dengan kata lain bahwa perkembangan manusia hanya tergantung kepada lingkungan dan pendidikan, sedangkan pembawaan tidaklah mempengaruhinya sama sekali.
3.      Aliran Konvergensi  
Aliran ini merupakan perpaduan antara kedua aliran tersebut diatas. Para penganut aliran ini berkeyakinan baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkambangan anak. Jadi menurut aliran ini dalam perspektif Pendidikan Agama Islam, seseorang yang lahir dari keluarga yang agamis dan baik, akan menjadi orang yang   agamis dan baik jika mendapatkan pendidikan yang baik juga.
Namun bukan juga berarti kedua faktor ini berlaku mutlak, karena sebenarnya masih ada lagi faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan seseorang, yaitu potensi psikologis tertentu yang tersimpan rapi dalam diri siswa dan sulit diintifikasikan. Setiap orang memiliki self direction dan self discipline yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak suatu lingkungan yang akan mengembangkannya.[7]

Kematangan dalam belajar melibatkan beberapa faktor bersama-sama yang membentuk readiness, yaitu:
a.       Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, termasuk kelengkapan pribadi tubuh, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual.
b.      Motivasi: Menyangkut kebutuhan, minat, serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.

Kedua hal diatas merupakan potensi peserta didik yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak sesuatu dari stimulus  lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan dirinya. Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari 2 faktor:
1.      Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya.
2.      Faktor ekstern: faktor yang kaitannya dengan hal-hal yang datang dari luar diri siswa baik lingkungan, pendidikan, dan pengalaman yang dilaluinya.[8]

   
BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Perkembangan berdasarkan definisi diatas, dapat ditegaskan bahwa perkembangan adalah perubahan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan. Dalam pandangan sebagian ahli terdapat perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mengarah kepada perubahan secara kuantitatif, perubahan panjang, lebar, besar, luas yang bersifat dhahir. Pertumbuhan akan terhenti pada saat manusia mencapai kedewasaan. Adapun perkembangan lebih bersifat kualitatif yang mengarah pada fungsi organ-organ jasmaniyah. Perkembangan akan terus berlangsung hingga manusia itu mati.
Sebagian tokoh terkenalpun mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan ialah dari segi lingkungan/pengalaman, dan ada juga yang menyatakan bahwa lingkungan dan  pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi lingkungan.



[1] Sudarwan  dan  Khairil, Psikologi Pendidikan ,  (Bandung : Alfabeta,  2010),  hlm. 69
[2] Sumadi Subyabrata,  Psikologi Pendidikan,  (Jakarta: Raja Grafindo,  2002),  hlm.  170
[3] Muchlis Solichin, Psikologi Belajar,  (Surabaya : Pena Salsabila, 2013),  hlm. 18
[4] Ibid,  hlm. 71-75
[5] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 78-79
[6] Abin Syamsuddin,  Psikologi Kependidikan,  (Bandung , PT. Remaja Rosdakarya,  2009 ), hlm.170
[7]Ibid, hlm.23-24
[8] Ibid, hlm, 74