Selamat Datang di Blog Kami. Blog ini meyediakan berbagai macam informasi seputar Pendidikan, Karya Tulis Ilmiah,Dan lain-lain. Membangun Indonesia Melalui Pendidikan

Memahami Tentang Lingkungan Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam dalam Kajian Ilmu Pendidikan Islam

Untuk Mendapatkan File Makalah atau Artikel dibawah ini, Silahkan Klik Download! download

Dalam pengembangan ilmu pendidikan islam, ada beberapa area pengembangan seperti keluarga, lingkungan, dan sekolah. area-area tersebut sangat urgen  dalam pembentukan pengembangan ilmu pendidikan islam termasuk juga pengembangan bagi peserta didik "anak". sehubungan dengan hal itu saya akan share tentang "Lingkungan Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam". selamat membaca dan semoga bermanfaat. 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem nasional), Dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan pribadi, kerja sama, disiplin tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan.
Namun disayangkan kurangnya komunikasi terhadap orang tua siswa dengan guru yang mengajar dan sekolah dimana tempat anaknya dititipkan untuk menuntut ilmu pendidikan. Dengan kurangnya komunikasi pada ketiga elemen ini membuat ketidak seimbangan informasi terhadap anak didiknya baik pada saat di sekolah maupun di rumah.
Agar bisa memajukan pendidikan, perlu adanya komunikasi antara sekolah dan orang tua murid agar bisa menyesuaikan cara belajar yang baik. untuk meningkatkan motivasi ini berjalan dengan baik tentu bisa meningkatkan kecerdasan anak yang diinginkan baik orang tua dan sekolah.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian keluarga?
2.         Apa pengertian sekolah?
C.      TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Untuk  mengetahui apa itu keluarga.
2.      Untuk mengetahui apa itu sekolah.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  KELUARGA
Perkawinan ada keluarga asli dan keluarga luas keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Sedangkan keluarga luas terdiri atas anggota keluarga asli ditambah keluarga lainnya seperti kakek, nenek, paman, bibi. Keluarga adalah tempat anak lahir dan dibesarkan dalam keluarga suasana keluarga penuh kasih sayang. Sebagai sampingan sosial yang dihuni oleh anggota yang memiliki ikatan darah, lembaga keluarga memiliki banyak fungsi bagi anggota keluarganya yaitu:
1.      Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan awal keluarga merupakan satu satunya institusi pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman bermnculan lembaga lembaga pendidikan (formal dan non formal) yang dilengkapi lembaga keluarga bahkan proses pendidikan disekolah makin lama pengaruhnya semakin penting dan menggeser peran keluarga. Kendati demikian, fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan tetap penting karena keluarga sebagai peletak dasar pendidikan anak
2.      Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisai keluarga merupakan institusi social terkecil yang pertama kali dialami anak[1], di keluarga, anak mulai mengenal dan brgaul dengan individu diluar dirinya dan melalui keluarga, anak dipersiapkan agar kelak menjadi anggota keluarga yang baik.
3.      Biologis
Fungsi biologis. Melalui perkawinan tercipta, dan dari keluarga anak anak dilahirkan. Dengan demikian, melalui keluarga tercipta generasi yang tak terputus
4.      Rekreasi
Fungsi rekreasi marupakan aktivitas atau tempat yang menyenangkan. Keluarga semestinya menjadi suasan dan tempat yang menyenangkan bagi anggota keluarganya terutama bagi anak anaknya. Dengan kondisi menyenangkan, anak akan lebih betah dirumah, sebaliknya jika suasana rumah membosankan maka anak akan mencari tampat rekreasi lain sperti kebun binatang, kebun raya, komonikasi gangguan jasa internet, hal ini menuntut orang untuk lebih kreatif mengelola keluarga agar fungsi rekreatif keluarga tetap terjaga
5.      Fungsi keagamaan
Keluarga merupakan wahana menumbuhkan rasa keberagaman anak. Karena itu, keluarga tidak bisa meninggalkan fungsi keagamaan ini meskipun telah bermunculan instusi agama.
6.        Fungsi perlindungan
Dengan fungsi ini keluarga memberikan perlindungan pada anggotanya, sekarang banyak fungsi perlindungan dan perawatan ini diambilalih oleh badan badan social seperti perawatan, anak cacat tubuh dan mental pantia suhan anak yatim, panti jompo, dan sejenisnya, kendati demikian fungsi perlindungan keluarga tetap berada dibandingkan dengan lembaga lembaga social.[2]
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjdi orang yang berkembang secara sempurna mreka menginginkan anaknya yang di lahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan,cerdas, pandai dan beriman bagi orang islam beriman itu adalah beriman secara islam, dan taraf yang sederhana orang tua tidak ingin anaknya lemah, sakit sakitan, pengangguran, bodoh, dan nakal. Pada tingkat yang paling sederhana orang tua tidak menghendaki anaknya nakal dan menjadi pengangguran dan terakhir pada taraf paling minimal ialah jangan nakal kenakalan anak menyebabkan orang tua malu dan kesulitan.
Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama, keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut.[3]
Sehubung dengan tugas serta tanggung jawab itu maka ada baiknya orang tua mengetahui sedikit mengenai apa dan begaimana pendidikan dalam rumah tangga. Pengetahuan itu sekurang kurangnya yang dapat menjadi penuntun rambu rambu orang tua dalam menjalankan tugasnya.[4]
Tujuan pendidikan rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu; jasmani, akal, dan rohani. Tujuan lain ialah membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak didiknya.
Yang bertindak sebagai pendidik dan pendidikandan rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta orang tua yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu.
Yang menduduki posisi anak posisi anak didik dalam umah tangga tentulah si anak, sekalipun demikian semua anggota keluarga adalah anak didik juga, tetapi di lihat dari segi pendidikan anak dalam rumah tangga yang menjadi terdidik adalah anak.
Mengenai pendidikan akal agar anak kita memiliki akal yang cerdas serta pandai, banyak yang dapat di lakukan oleh orang tua. Pertama tama  tentuah dengan cara menyekolahkan karena sekolah itulah lembaga paling baik untuk mengembangkan akal.
Kunci pendidikan rumah tangga terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak.
Pertama penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak akan mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya, kedua penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
Pertama pendidikan jasmani dan akal yang di berikan di sekolah sekarang mempunyai banyak teori belum entu semua itu sesuai dengan ajaran agama.
Kedua penanaman sikap menghargai guru dan apa yang didiknya pendidikan di sekolah tidak akan berjalan secara maksimal bila murid tidak menghargai guru dan pengetahuannya.
Pendidikan rumah tangga dalam bab ini selanjutnya adalah mendidikan agama dalam rumah tangga menurut ajaran islam, di ambil dari sumber islam (al quran dan hadis) dan dari pendapat ahli pendidikan islam.[5]

  
B.  SEKOLAH
Sekolah dengan beragam jenis dan jenjangnya merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Pendidikan disekolah berlangsung secara formal dibawah bimbingan dan pengawasan pendidik sebagai lembaga pendidik kedua setelah keluarga sekolah memiliki sejumlah fungsi bagi anak dan keluarga yaitu:
·         Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan, disamping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
·         Spesialisasi sebagai konsekuensi makin meningkatkan kemajuan masyarakat ialah makin bertambahnya diferensiasi social yang dilaksanakan tugas tersebutm, skolah mampu menyaipkan lulusan yang dengan beragam keahliaan yang dibutuhkan masyarakat.
·         Efisiensi dengan adanya sekolah pelaksanaan pendidikan dalam masyarakat lebih efisien, sebab disekolah dapat dididik sejulha besar anak secara skaligus disekolah, pedidikan dilaksanakan dalam program teratur sistematis dan dilngkapi beragam sarana yang dibutuhkan.
·         Sosialisasi sekolah mempunyai peran penting dalam proses sosialisasi yaitu, proses membantu perkembangan individu menjadi maghluk social, makhluk yang dapat beradap tasi dengan baik dimasyarakat.
·         Konservasi dan tranmisikultural fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya bangsa  melalui kurikulum sekolah budaya bangsa di pelihara  dan di wariskan kepada peserta didik.
·         Transisi di rumah ke masyarakat. Ketika berada di keluarga, kehdupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah dimana  ia mendapatkan kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.[6]

            Saat Mengirim Anak ke Sekolah
Asma Hasan Fahmi (1979) membicarakan masalah pengajaran bagi anak dan kapan dimulai serta kapan anak dikirim ke sekolah secara agak mendalam. Sebenarnya, yang wajib mengajari anak ialah orang tua. Sayangnya, karena berbagai alasan, orang tua terpaksa mengirimkan anaknya kesekolah. Orang tua menyerahkan pengajaran bagi anaknya kesekolah karena tiga hal. Utama : pertama, orang tua tidak mampu menyelenggarakannya dirumah, pengetahuan yang harus diajarkan itu tidak dikuasai oleh orang tua: kedua, orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk menyelenggarakannya: ketiga, karena pendidikan dirumah (terutama pengajaran) sangat mahal. Karena alasan-alasan ini maka orang tua menyerahkan pengajaran bagi anaknya kesekolah.
Asma hasan fahmi (1979:118) melaporkan bahwa paa orang tua pada zaman dahulu tidak mempertimbangkan waktu (umur) yang tertentu mengantarkan anaknya ke sekolah (kuttab). Negara juga tidak memaksa orang tua agar mengajari anaknya karena menganggap bahwa hal mempelajari anak adalah perintah keagamaan.
Di indonesia orang tua boleh mengirimkan anaknya kesekolah dasar tatkala anak itu berusia 6 tahun dan mereka mendidik anaknya di taman kanak kanak selama dua tahun yaitu tatkala anak itu berumur 5-6 tahun.
Mengirim anak ke sekolah sekarang ini merupakan hal yang tidak dapat di hindari, terutama karena tiga alasan seperti sudah di sebutkan di atas. Banyak oranang tua yang tugasnya terhadp anak telah selesai bila ia telah menyekolahkan anaknya. Ini suatu kekeliruan yang serius.
Pertama karena ia sebenarnya hanya membina anak pada aspek jasmani (psikomotor, keterampilan) dan akal (kecerdasan, pengetahuan) aspek kejiwaan, tugasnya aspek efektif anak tidak begitu di perhatikan di sekolah. Kurang di perhatikannya oleh sekolah bukan karena sekolah tidak memahami pentingnya hal itu, melainkan karena memang pembinaan aspek efektif itu tidak banyak yang dapat di lakukan di sekolah, orang tua itulah yang memiliki banyak sekali peluang untuk membina aspek efektif anak. Maka pendidikn dalam rumah tangga (yang sudah di jelaskan) orang tua yang tidak mungkin di hindarinya, apa pun alasannya, menyerahkan seratus persen pendidikan kesusilaan, misalnya ke sekolah merupakan kekeliruan besar[7].



BERKENALAN DENGAN PESANTREN (MASYARAKAT)
Pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang tertua diindonesia setelah rumah tangga. Sekalipun demikian perhatian para peneliti terhadap pesantren belum lama dimulai. Hasil hasil penelitian itu sudah diedarkan berupa makalah, majalah, dan buku. Banyak juga jumlahnya. Namun masih banyak (rahasia) pesantren yang belum diungkapkan oleh para peneliti. Sebagian dari yang belum diungkapkan itu adalah bagian bagian yang memang sulit diungkapkan.
Didalam buku ini saya belum berniat menulis mendalam tentang pesantren. Salah satunya ialah karena memang saya sedang dalam tahap mempelajarinya
Menurut para ahli pesantren baru dapt disebut bila memenuhi lima syarat;
1.      Ada kiai
2.      Ada pondok
3.      Ada masjid
4.      Ada santri
5.      Ada pengajar membaca kitap kuning
Dengan demikian bila orang menulis tentang pesantren maka topik topik yang harus ditulis sekurang kurangnya adalah:
1.      Kiai pesantren, mungkin mencakup ideal kiai untuk zaman kini dan nanti.
2.      Pondok, akan mencakup syarat syaratfisik dan non fisik, biaya, tempat, penjagaan dan lain lain
3.      Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok
4.      Santri, melingkupi masyalah syarat sifat dan tugas santri.
5.      Kitap kuning, bila dituliskan akan mencakup kurikulum pesantren dalam arti yang luas
Tulisan berikut ini hanya ingin mengenal lembaga pendidikan pesantren, sekedar memancing perhatian.[8]
Banyak topik yang sangat menarik dituluis tentang pesantren. Topik topik itu antara lain ialah seperti disebut diatass itu. Selain itu yang tidak erat hubungannya dengan topik diatas juga banyak, bisalnya pesantren dan pendidikan politik, pesantren dan pembinaan ekonomi lemah, pesantren dan program KB. Berikut adalah pesantren dan tujuan pendidikan nasional.gejala  yang ada sekarang dapat dijadikan indikator untuk meramal demikian. Himpitan (kesulitan) hidup, baik dalam arti himpitan keatas maupun dari arti himpitan kebawah menyebabkan sesaknya dada, bimbangnya pemikiran, suramnya perspektif masa depan, telah menyebabkan pula hilangnya keseimbangan antara pertimbangan akal dengan pertimbangan hati. Ini menjadi salaah satu penyebab pergi kepesantren. Sedangkan itu tidak terlalu meleset.[9]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari penjelasan uraian di atas tentang “Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran & Jenis-jenis Perbedaan Individu”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ø  Perkawinan ada keluarga asli dan keluarga luas keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Sedangkan keluarga luas terdiri atas anggota keluarga asli ditambah keluarga lainnya seperti kakek, nenek, paman, bibi. Keluarga adalah tempat anak lahir dan dibesarkan dalam keluarga suasana keluarga penuh kasih sayang.
Sebagai sampingan sosial yang dihuni oleh anggota yang memiliki ikatan darah, lembaga keluarga memiliki banyak fungsi bagi anggota keluarganya yaitu: Fungsi pendidikan, Fungsi sosialisasi, Biologis, Rekreasi, Fungsi keagamaan, Fungsi perlindungan.
Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama kaidah ini di tetapkan secara kodrati. Tujuan pendidikan rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal
Ø  Pendidikan disekolah berlangsung secara formal dibawah bimbingan dan pengawasan pendidik sebagai lembaga pendidik kedua setelah keluarga sekolah memiliki sejumlah fungsi bagi anak dan keluarga yaitu: Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan, Spesialisasi sebagai konsekuensi makin meningkatkan kemajuan masyarakat, Efisiensi dengan adanya sekolah pelaksanaan pendidikan dalam masyarakat lebih efisien, Sosialisasi sekolah, Konservasi dan tranmisikultural, dan Transisi di rumah ke masyarakat.
B.            Saran
Demikian makalah yang kami susun dan masih banyak kekurangannya. kami yakin bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan oleh karenanya saran dan kritik dosen pengampu yang dapat  membangun dan masukan buat kami yang akan menjadi
DAFTAR PUSTAKA

Kosim Mohammad, pengantar ilmu pendidikan (Surabaya: Pena Sallsabila, 2013),
Ttafsir Ahmad, ilmu pendidikan dalam perspektif islam (Bandung : PT Remaja Rosda Kaarya, 2011)
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006)


[1] Mohammad kosim, pengantar ilmu pendidikan (surabaya:ilmu pendidikan , 2013), hal.107-108
[2] Mohammad kosim, pengantar ilmu pendidikan (surabaya pengantar ilmu pendidikan 2013), hal 109
[3] Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm., 227.
[4] Ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam (bandung ilmu pendidikan dalam perspektif islam 2011),hal 155
[5] Ahmat tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam (bandung: ilmu pendidikan dalam perspektif islam,2011), hal 155-158)
[6] Mohammad kosim, pengantar ilmu pendidikan (surabaya: pengantar ilmu pendidikan, 2013)hal 114-117
[7] ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam(bandung: ilmu pendidikan dalam perspektif islam,2011), hal 185
[8] ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam(bandung: ilmu pendidikan dalam perspektif islam,2011), hal 191-192
[9] ahmad tafsir, ilmu pendidikan dalam perspektif islam(bandung: ilmu pendidikan dalam perspektif islam,2011), hal 191